Berita Duka: Paul Tedjasurja, Saksi Sejarah KAA 1955 Wafat di Bandung
Paul Tedjasurja, salah seorang saksi sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955, wafat
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah seorang saksi sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955, Paul Tedjasurja wafat, pada Jumat (27/3/2020).
Berdasarkan pesan Whatsapp yang diterima Tribun, jenazah disemayamkan di Rumah Duka RS St Borromeus Bandung, ruang B, Jalan Surya Kencana nomor 4, Bandung, Jawa Barat.
Rencananya, jenazah akan dikremasi pada hari ini, Sabtu (28/3/2020), berangkat dari rumah duka pada pukul 14.00 WIB ke Krematorium Cikadut.
Namun, hasil bidikan Om Paul kala itu masih terkenang kala peringatan 50 tahun KAA di Bandung tahun 2005.
Peringatan 50 tahun KAA di Bandung tahun 2005
Fotografer bernama Paul Tedjasurja menjadi salah satu saksi hidup momen bersejarah Konferensi Asia Afrika pada 1955.
Bersama kamera Leica III F,Paul Tedjasurja berhasil mengabadikan momentum tersebut ke dalam puluhan frame.
Sejumlah foto hasil bidikannya tersebut dipamerkan dalam sebuah galeri di Mal Paris Van Java, Bandung, pada 20 April-26 April 2015.
Tak hanya pameran foto saja, karya bersejarah Konferensi Asia Afrika 1955 juga diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul "Bandung 1955" yang diluncurkan pada hari pertama pembukaan pamerannya tersebut.
Paul adalah seorang fotografer lepas beberapa media cetak di Bandung era 50-an.
Saat KAA 1955 digelar, ia pun memotret menggunakan kamera seberat 1,5 kilogram.
Terdapat 300 lembar foto mengenai KAA yang berhasil diabadikan Paul, sehingga suasana konferensi dapat terekam jelas lewat jepretan kameranya.
Pada perjalanannya kemudian, hasil foto Paul itu dihimpun dalam buku berjudul “Bandung 1955”. Buku foto itu menjadi salah satu apresiasi terhadap KAA 2015 yang saat ini digelar.
Paul pun menceritakan suasana KAA 1955 saat ia masih menjadi fotografer.
“Pada tahun 1955 belum banyak kendaraan yang lalu-lalang. Orang-orang berdiri di pinggir jalan melihat langsung para delegasi yang lewat,” ujarnya.
Ia pun menjelaskan di tahun 1955 setiap delegasi yang lewat akan diumumkan melalui pengeras suara, sehingga suasananya sangat akrab.
“Waktu itu saya merasa terharu karena bisa meliput konferensi besar, sedangkan orang lain tidak,” ujar Paul yang lahir di Surabaya itu.
Selama KAA 1955 digelar, Om Paul menghabiskan antara 200 sampai 300 lembar foto yang mengabadikan suasana pelaksanaan konferensi maupun para tokoh-tokohnya.
Di antaranya para pemimpin negara yang sedang berjalan dari Hotel Savoy Homann ke Gedung Merdeka atau suasana sidang.
Foto-foto Om Paul tak hanya dimuat koran lokal Bandung, tapi juga media nasional di Jakarta.
Karya-karya foto Om Paul sampai kini terus dipakai untuk menceritakan sejarah dunia yang pernah terjadi di Indonesia.
Di hari tuanya, Om Paul menghabiskan waktunya di Jakarta.
Om Paul mempunyai tiga anak yang kini telah memberikan banyak cucu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.