Jenazah Perawat Korban Corona di Semarang Ditolak Warga, Suami Ungkap 3 Anaknya Trauma
Suami dari perawat korban virus corona yang pemakamannya ditolak di Semarang, Joko Wibowo, mengungkapkan kondisi dari anak-anaknya.
Penulis: Nuryanti
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Suami dari perawat korban virus corona yang pemakamannya ditolak di Semarang, Joko Wibowo, mengungkapkan kondisi dari anak-anaknya setelah peristiwa tersebut.
Ia mengaku, ketiga anaknya mengalami trauma, karena jenazah ibunya harus dipindahkan dari Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Kamis (9/4/2020) lalu.
Joko lalu berusaha memberi pengertian kepada ketiga anaknya, jika semua manusia pasti akan meninggal.
"Awalnya tentu stres, trauma, melihat ibunya seperti itu. Sudah merawat pasien sampai dia mengorbankan diri meninggal."
"Tapi saya sebagai orang tua harus tetap terus mengedukasi, sehingga bisa menerima bahwa manusia itu hanyalah sekadar hidup di dunia ini, Tuhan yang menentukan. Akhirnya anak-anak bisa menerima," ujar Joko, dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Kamis (16/4/2020).
Baca: Relawan Gugus Tugas Masih Membutuhkan Tenaga Dokter dan Perawat Hadapi Virus Corona
Baca: Inilah Nama 13 Perawat yang Gugur Saat Bertugas Selama Pandemi Covid-19
Najwa Shihab yang menjadi pembawa acara Mata Najwa lalu meminta Joko untuk menyampaikan harapan kepada pemerintah ataupun kepada masyarakat.
Suami dari almarhumah perawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kariadi Semarang itu berharap, perisiwa penolakan jenazah tak akan terulang kembali.
Ia merasakan sendiri bagaimana rasanya sebagai pihak keluarga dari korban penolakan.
"Mudah-mudahan ini yang terakhir, yang terjadi pada istri saya. Karena memang benar rasanya pahit, rasanya getir melihat penolakan seperti itu," ungkapnya.
Sementara itu, ia tak ingin ketiga anaknya dikucilkan oleh masyarakat dan teman-temannya di sekolah.
"Saya berharap di kemudian hari, anak-anak kami juga intinya tidak diisolasikan oleh penduduk lagi."
"Anak-anak ini masih kecil, nanti ketika dia masuk sekolah jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, dikucilkan oleh teman-temannya," ujar dia.
Baca: 1,5 Bulan Covid-19 di Indonesia: 28 Dokter dan 13 Perawat Meninggal Dunia
Baca: Viral Setelah Tolak Jenazah Perawat Positif Corona, Warga Sewakul Khawatir Tak Dirawat Jika Sakit
Joko juga berharap, dirinya bisa memberikan pendidikan bagi ketiga anaknya, meski ditinggal oleh sang istri.
"Mudah-mudahan anak-anak saya dapat melanjutkan pendidikan yang lebih baik tanpa ibu di sampingnya," imbuh Joko.
Ganjar Minta Maaf
Sebelumnya, melalui IGTV akun Instagramnya, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengaku mendapatkan laporan soal warga yang menolak pemakaman perawat korban virus corona.
"Saya mendapatkan laporan yang mengejutkan, sekelompok warga Ungaran menolak pemakaman pasien Covid-19. Ini kejadian kesekian kali," ujarnya.
Ia meminta maaf dan mengajak masyarakat agar menunjukkan rasa kemanusiaan yang dimiliki.
Ganjar menegaskan, jenazah korban corona tidak akan menularkan virus.
"Saya tegaskan sekali lagi kalau jenazah itu sudah dikubur, virusnya ikut mati di dalam tanah. Tidak bisa keluar dan menjangkiti warga."
"Majelis ulama pun sudah berfatwa bahwa mengurus jenazah itu wajib hukumnya, sementara menolak jenazah itu dosa," terangnya.
Baca: Ganjar Bahas Penolakan Jenazah Perawat Pasien Corona, Tak Mau Kejadian Terulang: Sakitnya Luar Biasa
Baca: Jenazah Perawat Positif Corona Ditolak Warga, Sang Suami Curhat Pilu, Ungkap Kronologinya: Perih
Baca: Cerita Suami Perawat yang Jenazahnya Ditolak Warga, Almarhumah Demam Tapi Tetap Semangat Kerja
Gubernur Jawa Tengah ini mengimbau agar tak terjadi peristiwa serupa.
"Saya berharap kejadian di Ungaran ini menjadi yang terakhir, jangan lagi ada penolakan jenazah apalagi seorang perawat," imbaunya.
Mewakili masyarakat Jateng, Ganjar lalu meminta maaf kepada para tenaga medis.
"Kepada perawat, dokter, tenaga medis, saya mewakili seluruh warga Jawa Tengah mengharap maaf dari panjenengan semua. Mari berjuang bersama-sama melawan corona," ungkapnya.
"Kalau warga sudah paham, saya yakin semua menerima dan mencegah berkembangnya isu yang tidak benar atau hoaks, yang seringkali ini memecah belah masyarakat," imbuh dia.
(Tribunnews.com/Nuryanti)