Motif Satu Keluarga Bunuh Gadis 16 Tahun di Bantaeng Diduga Terkait Budaya Siri', Seperti Apa?
Kapolres Bantaeng AKBP Wawan Sumantri mengungkap motif sementara kasus pembunuhan sadis tersebut.
Penulis: Daryono
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BANTAENG - RO (16) seorang pelajar di Pattaneteang Kecamatan Tompobulu Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas dengan luka parah di bagian leher.
Muncul dugaan, RO tewas di tangan DA (50) ayah kandungnya sendiri karena keluarganya melakukan ritual ilmu hitam.
Benarkah demikian?
Saat dikonfirmasi wartawan, Kapolres Bantaeng AKBP Wawan Sumantri mengungkap motif sementara kasus pembunuhan sadis tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sembilan orang terduga pelaku, Wawan mengatakan pembunuhan dilatarbelakangi oleh harga diri keluarga karena korban dianggap telah membuat malu.
"Korban adalah RO, 16 tahun, kelas dua SMA. Ini adalah anak kelima. Motif pembunuhannya kasus siri'. Kasus harga diri, malu. Bahwa korban ini ada hubungan sama orang lain atas nama Usman alias Sumang."
"Keluarga ini malu karena salah satu keluarganya (korban,-Red) berhubungan dengan Usman sehingga dia melakukan pembunuhan," kata Wawan dalam tayangan live di InewsTV sebagaimana dikutip Tribunnews.com, Minggu (10/5/2020).
Dalam tradisi Bugis Makassar, dikenal istilah harga diri (siri').
Seperti apa budaya siri' atau harga diri ketika perempuan anggota keluarga dibawa kawin lari oleh seorang pemuda tanpa izin orang tuanya?
Berikut ulasannya dengan meng-klik link tautan berita berikut ini.
Wawan melanjutkan, Usman alias Sumang yang dituduh menjalin hubungan dengan korban merupakan salah satu warga yang ikut disandera oleh keluarga pelaku.
Adapun soal siapa yang berperan melakukan pembunuhan terhadap RO, Wawan mengatakan eksekusi pembunuhan dilakukan oleh Rahman, anak pertama dan Anto, anak keempat, yang juga kakak dari korban.
Baca: Kronologis Satu Keluarga Bunuh Anak Hingga Penyanderaan Warga di Bantaeng Sulsel
Menurut Wawan, Rahman lah yang menjadi penguasa dalam keluarga ini termasuk dalam memutuskan eksekusi terhadap korban.
"Penguasanya adalah Rahman, anak pertama. Keluarga lain takut sama dia, termasuk ayahnya sendiri. Jadi, dia (Rahman,-Red) yang membuat keputusan untuk mengeksekusi (korban)," ujar dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.