Ridwan Kamil Sebut Ada Anomali Harga Bahan Pokok di Jabar, Banyak Pedagang Banting Harga
Kondisi tersebut tidak terlepas dari menurunnya daya beli masyarakat karena tekanan ekonomi di tengah pandemi virus corona
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan kondisi harga bahan pokok di Jawa Barat disebutkan dalam kondisi anomali di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19.
Bukan inflasi, sejumlah komoditi bahan pokok justru mengalami deflasi yang mengkhawatirkan.
Baca: Dua Paman dan Kekasih Diduga Pemerkosa Remaja Tersangka Pembunuhan Bocah 5 Tahun
"Jadi di Jawa Barat saya kira kita mengalami fenomena yang kebalikan. Bukan inflasi yang naik tetapi kita terjadi deflasi. Jadi kami mengalami situasi yang anomali untuk beberapa produk bukan langka tetapi malah berlebih," kata Ridwan Kamil saat menjadi pembicara Ngobrol Tempo, Kamis (14/5/2020).
Kang Emil, sapaan akrabnya, menyatakan kondisi tersebut tidak terlepas dari menurunnya daya beli masyarakat karena tekanan ekonomi di tengah pandemi virus corona.
Alhasil, banyak masyarakat yang akhirnya menahan untuk bersifat konsumtif.
"Karena daya beli turun maka demand terhadap barang-barang sembako itu juga ada penurunan. Sebagai contoh yang paling konkret adalah ayam atau daging ayam itu juga mengalami krisis karena tidak ada banyak yang membeli," ungkapnya.
Dia mengatakan banyak pedagang ayam potong akhirnya mengobral dagangannya dengan harga murah agar warga ingin membeli.
"Mereka banting harga. Hingga sekarang daging ayam tidak lagi kemewahan di hari ini. Karena supply-nya besar tapi yang membeli sedang menghemat dan ini terjadi juga di beberapa produk yang lain," ungkapnya.
Atas dasar itu, pihaknya juga telah melakukan sejumlah operasi pasar untuk membantu para pedagang.
Baca: KBRI Belum Dapat Akses Verifikasi Status Kewarganegaraan 421 Orang yang Diamankan Otoritas Malaysia
Barang komoditi yang berlebih juga sebagiannya akan di 'ekspor lokal' ke daerah yang mengalami defisit.
"Kelebihan Jawa Barat itu kita sebarluaskan ke provinsi lain dan provinsi lain juga bisa transaksi langsung dan mungkin suatu hari perdagangan antar provinsi bisa kita kategorikan ekspor impor regional ini bisa menjadi fungsi sebagai stabilitas harga," pungkasnya.