Satwa Pemakan Daging di Taman Safari Bogor Makan Dua Hari Sekali
Pihak TSI Bogor selama ini hanya mengandalkan tabungan yang semakin hari semakin menipis
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Tsaniyah Faidah
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Dampak ditutupnya kunjungan wisatawan sejak virus Corona atau Covid-19 melanda dan terus meluas berimbas penyediaan makanan ternak di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor.
Pengelola mengalami kesulitan dana untuk memberi makan satwa sebanyak 2.600 satwa dari 270 spesies, mulai dari satwa terbesar Gajah Sumatera hingga marsupial terkecil Sugar Glider.
Satwa-satwa yang ada dipaksa untuk puasa.
Humas Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Yulius H. Suprihardo mangakui jika kondisi satwa saat ini berat sejak taman rekreasi itu sudah tidak ada pemasukan menyusul pandemi Covid-19.
"Jujur saja saat ini mengalami kesulitan. Tidak ada pemasukan dari pengunjung, sementara ada banyak satwa yang tetap harus kita rawat," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Sabtu (2/5/2020).
Akibat ditutup, tentu tidak ada pendapatan bagi pengelola untuk menambah biaya perawatan dan memenuhi kebutuhan pakan satwa setiap harinya.
Pihak TSI Bogor selama ini hanya mengandalkan tabungan yang semakin hari semakin menipis.
Baca: Pasien Positif Covid-19 yang Punya Riwayat TBC Malah Berobat ke Dukun, Bupati Bogor Ungkap Alasannya
Untuk menyiasatinya, jika biasanya pakan satwa karnivora di TSI Bogor menggunakan daging rusa import kini diganti daging ayam lokal saja, sementara untuk jadwal makan, digilir sehari makan sehari berpuasa.
Ia mengakui, kebutuhan satwa pemakan daging ini cukup berat mengingat jumlah mereka juga tidak sedikit.
Apalagi porsi makan golongan kucing besar yang banyak bisa mencapai 5 kilogram daging per ekor.
"Kalau mereka di alam liar kan juga begitu ya kalau tidak salah. Misal hari ini dapat buruan, lalu besoknya tidak dapat, mereka berpuasa," tutur Yulius.
Sedangkan untuk satwa herbivora atau pemakan tumbuhan, pengelola TSI melakukan penanaman berbagai jenis sayuran secara mandiri sebagai kebutuhan pangan para satwa.
Walau demikian, kata Yulius, para pengelola TSI Bogor tetap berkomitmen memberi pakan, merawat dan menjaga satwa-satwa koleksi yang pada dasarnya merupakan satwa yang dilindungi.
Baca: Setoran Awal Ringan, Buka Tabungan Haji Cukup 36 Menit
Berdiri sebagai lembaga swasta yang mana segala pengeluaran ditanggung pesero, TSI Bogor diakui hanya bisa bertahan sesuai dengan kemampuan keuangan yang dikelola managemen.
Yulius khawatir jika pandemi berlangsung lama, banyak satwa yang akan terbengkalai pakannya.
Kondisi ini, yang membuat pihak TSI melalui Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia (PKBSI) mengirim surat kepada Kementerian Keuangan meminta keringanan pajak.
Selain itu, pihaknya juga membuka donasi melalui rekening yang nantinya akan digunakan untuk kebutuhan makanan dan perawatan kesejahteraan para satwa.
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Tak Ada Pemasukan dari Pengunjung, Hewan di Taman Safari Bogor Dipaksa Puasa