Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

HIMPSI Jabar Gelar Aksi Tari 'Ketuk Tilu di Rumah Aja' Kolaborasi dengan Rumpun Indonesia

Ruang Media Perempuan Indonesia (Rumpun) berkolaborasi dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jawa Barat gelar aksi 'Ketuk Tiluan di Rumah Aja'

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in HIMPSI Jabar Gelar Aksi Tari 'Ketuk Tilu di Rumah Aja' Kolaborasi dengan Rumpun Indonesia
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Mahasiswa Jurusan Seni Tari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Semester V membawakan tarian ketuk tilu cikeruhan naek kangsreng saat mengikuti ujian di Kampus STSI, Jalan Buahbatu, Kota Bandung, Selasa (28/1/2014). Ujian ini diikuti sembilan mahasiswa semester V dan VII sebagai salah satu mata kuliah praktek yang diujikan dalam Ujian Akhir Semester (UAS). 

TRIBUNNEWS.COM - Ruang Media Perempuan Indonesia (Rumpun) berkolaborasi dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jawa Barat menggelar aksi 'Ketuk Tiluan di Rumah Aja'.

Ketuk Tilu diketahui merupakan tari tradisional asal Jawa Barat yang disebut sebagai cikal bakal Tari Jaipong.

Aksi ini terbuka untuk umum.

Peserta hanya perlu merekam tarian Ketuk Tilu dan diunggah di akun Instagram.

Pengurus HIMPSI Jabar, Ifa Hanifah Misbach, mengungkapkan aksi #ketuktiluandirumahaja merupakan gerakan untuk mengobati rindu kampung halaman.

"Ajakan menari bersama tarian Ketuk Tilu dari rumah masing-masing merupakan gerakan solidaritas kerelawanan dengan bentuk yang paling sederhana yaitu menari bersama yang bersifat sukarela," ungkap Ifa kepada Tribunnews.com melalui keterangan tertulis, Sabtu (23/5/2020).

Baca: 4 Sikap Positif yang Harus Dimiliki Secara Mandiri untuk Hadapi Pandemi Covid-19

Cara Mengikuti

Berita Rekomendasi

Bagi masyarakat yang ingin mengikuti, dapat mengunduh musik Ketuk Tilu melalui bit.ly/musikketuktilu.

Peserta diminta menari dengan menggunakan kebaya/pangsi/baju bernuansa etnik serta selendang bernuansa cerah.

Kemudian, peserta merekam video tegak/vertikal ukuran 9:16, resolusi 720 p dan berformat MP4.

Peserta dapat menari sendiri maupun bersama dengan mengatur jarak agar peserta terlihat di layar.

Peserta diminta untuk mendaftarkan diri dan mengunggah video di bit.ly/ketuktilu.

Selain itu, peserta juga mengunggah video di Instagram dengan menandai @rumpunid dan @himpsijabar.

Adapun batas pengunggahan terakhir pada 24 Mei 2020.

Baca: Kasus Corona Melonjak Tajam, Begini Cara Menjaga Psikologis Keluarga di Masa Pandemi

Ketuk Tilu dan Kesehatan Mental

Lebih lanjut, Ifa yang juga merupakan Kepala Klinik Psikologi RS Melinda 2 Bandung menyebut ada kaitannya tarian Ketuk Tilu dan kesehatan mental.

"Tarian dinamis seperti Ketuk Tilu adalah salah satu bentuk olah gerak yang mudah dilakukan untuk melawan bosan yang dengan sendirinya melibatkan mindfulness bahwa kita tidak sendirian melawan perasaan bosan dan terasing sehingga kesehatan mental kita terjaga selama di rumah," ungkapnya.

Selain itu, Ifa menjelaskan, ketuk Tilu sebagai tarian pergaulan yang merupakan tarian rakyat di wilayah Priangan.

"Dipilih oleh HIMPSI Jabar dan komunitas Rumpun Indonesia sebagai strategi budaya yang berakar dari nilai-nilai kearifan lokal untuk menjaga tradisi dan menggerakan kesadaran anak bangsa untuk mencintai keberagaman sebagai DNA Indonesia," ujarnya.

Menurut Ifa, manusia bisa dipisahkan fisik (physical distancing).

"Tetapi dalam konteks social distancing, manusia tidak bisa terpisah secara sosial karena manusia adalah mahluk sosial yang dihubungkan dengan energi batin untuk saling mencari," ungkapnya.

Adapun aksi ini dapat diikuti oleh masyarakat luas, lintas usia dan gender.

Baca: 5 Kegiatan Ini Bisa Bantu Hilangkan Rasa Bosan Anak di Masa Pandemi

Melawan Rasa Bosan

Ifa juga mengungkapkan gerakan ini juga menjadi wujud melawan rasa bosan di rumah saja lebih dari dua bulan.

"Sebagian dari kita sudah setengah mati melawan rasa bosan dengan diam #dirumahaja lebih dari dua bulan. Berusaha menemukan variasi aktivitas sekalipun pergerakan terbatas," ungkap Ifa.

"Namun muncul pemberitaan yang viral bahwa sebagian lain orang tega berkerumun di tempat umum untuk beli baju lebaran, atau berduyun-duyun bergerak menuju kampung halaman dengan resiko membawa penularan," imbuhnya.

Menurut Ifa, memaksakan diri pulang kampung melawan anjuran pemerintah, bahkan tanpa berpikir untuk mengikuti protokol kesehatan.

Untuk itu, Ifa mengajak masyarakat Jawa Barat untuk mengikuti aksi ini sebagai pengobat rindu pada kampung halaman.

Sementara itu Ifa mengungkapkan, adanya pandemi corona ini juga merupakan koreksi terhadap abainya manusia untuk merawat bumi.

"Hal ini sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah Ketuk Tilu untuk menyambut panen padi yang bertujuan mensyukuri serta memohon keselamatan dan kesejahteraan dengan nilai kearifan lokal agar manusia dapat menghormati dan merawat alam yang telah dianugerahkan Tuhan," ungkapnya.

Informasi lebih lengkap mengenai aksi ini dapat dilihat melalui akun Instagram @rumpunid.

(Tribunnews.com/Wahyu GP)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas