Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sepi Job Akibat Pandemik Covid-19, SPG Nekat Berbuat Kriminal, Alasannya Tak Punya Uang untuk Makan

Awal mula kejadian itu, dilakukan saat Ratna meminta tolong kepada Agus untuk pinjam motor selama tujuh hari.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Sepi Job Akibat Pandemik Covid-19, SPG Nekat Berbuat Kriminal, Alasannya Tak Punya Uang untuk Makan
Kompas.com
Ilustrasi 

Kebanyakan adalah pebisnis atau pengusaha dan sedikitnya pejabat.

Namun, mantan Kasat Reskrim Tuban itu enggan menyebut lebih detail.

"Kebanyakan memang pebisnis karena untuk layanan premium itu yang tentu saja menengah ke atas. Tentu pelanggannya juga bukan orang biasa,"tandas Iwan.

Stok Ada 600 Cewek

Stok 600 cewek cantik dari kalangan SPG hingga mahasiswi dijual untuk melayani pria hidung belang dalam bisnis prostitusi online.

Tarif yang dipatok pun beragam, tergantung wajah dan usia si cewek. Bahkan ada yang dibanderol Rp 25 juta sekali kencan.

Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya membongkar praktik porstitusi online di Surabaya, akhir Ferbuari 2020 lalu.

Berita Rekomendasi

Porsitusi terselubung itu dibongkar setelah polisi melakukan penyelidikan dan 'undercover buy' untuk memastikan praktik tersebut benar-benar ada.

Tiga mucikari diamankan dalam kasus tersebut.

Ketiganyanya ada Lisa Semampow (48) warga Sidoarjo, Kusmanto (39) warga Semarang dan Dewi Kumala (44) warga Wiyung Surabaya.

Mereka terbukti menjual para korban dengan menawarkannya melalui sebuah grup Facebook dan grup WhatsApp (WA).

Menurut keterangan para tersangka, tidak semua orang bisa masuk ke dalam grup WhtasApp yang dikelola oleh Lisa.

"Pengelola grup WhatsApp ini tersangka LS. Anggota yang masuk member itu minimal sudah dua kali transaksi kepada para mucikari ini," kata Kanit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya, AKP Iwan Hari Purwanto, Selasa (14/4/2020).

Dalam aksinya, Lisa dan dua mucikari lainnya mematok tarif para perempuan korbannya senilai Rp 2,5 juta hingga Rp 25 juta tergantung wajah, usia, dan layanan.

"Tersangka ini bisa menyediakan perempuan untuk melayani satu laki-laki dengan dua atau tiga perempuan. Tarifnya sampai 10 hingga 25 juta rupiah," tambahnya.

Setiap kali mendapat uang, Lisa, Kusmanto dan Dewi Kumala memotong uang pembayaran pria hidung belang sebesar 10 hingga 20 persen tergantung kesepakatan.

Ketiga mucikari tersebut kini mendekam di tahanan Mapolrestabes Surabaya dengan jeratan pasal 2 UU RI nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Dari ketiga mucikari, polisi mendapati 600 nama dan foto perempuan, korban yang dijajakan kepada pria hidung belang tersimpan dalam handpone.

"Total ada 600 perempuan yang menjadi anak buah para tersangka yang ditawarkan kepada pria hidung belang," kata Kanit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya, AKP Iwan Hari Purwanto, Selasa (14/4/2020).

"Yang menentukan (harga) adalah wajah korban, bentuk tubuh dan layanan. Itu yang membedakan tarif yang diberikan oleh para tersangka kepada pelanggannya," tambah Iwan.

Hasil penyelidikan, dari 600 orang perempuan yang jadi korban dalam kasus tersebut, memiliki latar belakang profesi yang berbeda.

"Ada yang pekerja kantor, SPG freelance, dan Mahasiswi," tandas Iwan.

Jasa plus-plus yang dijajakan para mucikari melalui prostitusi online tak hanya menjangkau kota Surabaya saja.

Lisa Semampow, salah satu mucikari yang sudah setahun menggeluti bisnis hitam itu mengaku bisa mendatangkan perempuan untuk layani pria hidung belang di berbagai kota seperti, Semarang, Bandung dan Jakarta selain Surabaya.

Layar belakang perempuan yang dijajakan bermacam-macam, seperti pekerja kantoran, SPG freelance bahkan mahasiswi.

"Kenalnya dari teman, yang ada di luar kota. Aku yang tawarin mereka yang memang sudah punya anak buah," kata Lisa.

Perempuan yang juga punya toko di Pasar Atom Surabaya ini mengaku jika awal menggeluti dunia mucikari ketika ia bercerai dengan suaminya.

"Awalnya saya bingung mau cari uang dari mana setelah cerai sama suami. Cuma ada satu toko aja di pasar atom."

"Dari sana saya mulai coba-coba buat geluti dunia mucikari via online. Cari perempuannya ada yang dari teman terus diteruskan mulut ke mulut."

"Itu saya juga kasih uang ke orang yang nyarikan perempuan kalau memang sudah berhasil layani tamu," tambah janda tersebut.

Lisa tak menyangka jika bisnis haramnya itu membuahkan banyak peminat.

"Ya akhirnya punya temen di Semarang, Bandung dan Jakarta mau join. Yaudah saya giliran cari pelanggan atau cari perempuan."

"Kalau ada pesanan di Surabaya dari Semarang, teman saya telepon saya suruh nyiapin. Begitu juga sebaliknya," tandas Lisa.

Dari penangkapan Lisa itu, polisi akhirnya membongkar dua tersangka lain yakni Kusmanto (39) warga Semarang dan Dewi Kumala (44) yang merupakan jaringan antar kota.

Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Sepi Job di Tengah Pandemi Corona, SPG Asal Surabaya Nekat Berbuat Nakal Demi Bayar Utang dan Makan

Sumber: Surya Malang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas