Kisah Pengungsi Rohingya Berbulan-bulan di Lautan, Makan Beras dan Menunggu Hujan Untuk Bisa Minum
99 imigran asal Rohingya terdampar di perairan Seunuddon, Kecamatan Seunudon, Aceh Utara, Rabu (24/6/2020) diketahui mengarungi lautan dari Bangladesh
Editor: Adi Suhendi
Dua bulan pertama selama berada di laut, mereka memiliki logistik yang cukup untuk dimakan.
Namun setelah itu, tersisa hanya beras.
"Jadi kami hanya makan beras saja sejak kehabisan bahan makanan lain," katanya.
Begitu juga untuk minum, kala itu mereka hanya bisa berharap bila ada hujan.
Saat hujan mereka pasti akan menampung air untuk distok.
"Kami hanya mengharapkan hujan untuk bisa minum," kata sambil sedikit menunduk.
Hingga akhirnya mereka pun diselamatkan nelayan Aceh.
Mereka pun kini ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe, sambil menunggu penanganan lanjutan dari lembaga dunia yang menangani bagian pengungsian.
42 Orang Pegang Kartu UNHCR
Tim gabungan dari Kementerian Luar Negeri Indonesia bersama dengan gugus tugas nasional untuk para pengungsi mengunjungi pengungsi Rohingya di Lhokseumawe, Aceh Utara, Kamis (2/7/2020).
Salah satunya untuk mengkoordinasikan upaya-upaya yang dilakukan di lapangan.
"Hari ini, tim mengunjungi pengungsi di tempat penampungan mereka di Lhokseumawe," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi dalam konferensi pers di Istana Presiden, Kamis (2/7/2020).
Tim gabungan telah bertemu dengan perwakilan UNHCR yang merupakan lembaga PBB yang mengurusi pengungsi internasional.
Menteri Retno mengatakan fakta di lapangan timnya menerima informasi bahwa dari 99 pengungsi Rohingya hanya 42 yang membawa kartu UNHCR.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.