Fakta Aliran Sesat di Lampung Tengah, Gunakan Kuburan Kosong Untuk Ritual, Kini Sadar Kembali
Mardiono Ketua Aliran kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) di Punggur
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG TENGAH -- Mardiono Ketua Aliran kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) di Punggur mengajak para pengikutnya menggunakan media makam kosong untuk melakukan ritual.
Hal itu dilakukannya sebelum ia menyadari bahwa aliran yang dia percayai telah menyimpang.
Bahkan makam yang digunakan untuk melakukan ritual berjumlah banyak.
Ada sebanyak 23 makam tanpa jenazah yang ditemukan aparat di Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.
Dengan disaksikan unsur Forkopimcam Punggur dan warga, akhirnya 23 makam tersebut dibongkar.
Baca: Wanita Tua yang Ikut Aliran Sesat Ini Disebut Penyebab Virus Corona di Korsel Jadi Naik Tajam
Kepala Polsek Punggur Iptu Amsar menerangkan, pembongkaran makam tersebut merupakan keinginan Mardiono selaku mantan ketua Kekalah.
"Selama ini kami lakukan pedekatan secara persuasif dengan melibatkan unsur Forkopimcam memberikan penyuluhan. Akhirnya hari ini makan di dalam rumah (Mardiono) dapat dibongkar," katanya, mewakili Kapolres AKBP Popon Ardianto Sunggoro, Rabu (8/7/2020).
Kapolsek menambahkan, makam-makam tersebut bukanlah makam sungguhan.
Makam yang berada di dalam rumah itu hanya sebagai sarana ritual aliran Kekalah.
"Sebanyak 23 makam tanpa jenazah bertuliskan nama-nama orang di batu nisannya, seperti Raden Brojonegoro V, Dewi Kencono Wungu, Ki Ageng Dwi Laksono, Syekh Betoro Katong, Ki Ageng Kiwih, Ki Ageng Atmo Sumintro, dan lain sebagainya," ujar Iptu Amsar.
Baca: Pulang setelah Jadi SPG & Diduga Terseret Aliran Sesat, Wanita Dipasung selama 6 Tahun karena Ngamuk
Ritual di Makam Kosong
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Punggur Haryanto menyebutkan, aliran kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) selama ini dianggap telah menyimpang dari ajaran Islam.
Selain keluar dari koridor agama Islam, keberadaan penganut aliran Kekalah di Kampung Totokaton juga dianggap meresahkan warga.
"Semua ini melalui proses (diskusi) yang panjang, sampai akhirnya Pak Mardiono mengakui kekhilafannya selama ini.
Beliau juga tadi minta supaya dibimbing mengucapakan kalimat syahadat," kata Haryanto didampingi camat Punggur dan unsur Forkopimcam setempat, Rabu (8/7/2020).