Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Masyarakat Banggai Merasa Tenang Karena Menilai Kinerja Pemerintah Positif Tangani Covid-19

Kekhawatiran terkena virus corona ini, dikonfirmasi oleh persepsi publik tentang aneka informasi, bahwa sebesar 93% publik mengetahui informasi

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Masyarakat Banggai Merasa Tenang Karena Menilai Kinerja Pemerintah Positif Tangani Covid-19
dok pribadi
Peneliti KCI–LSI Network, Ikrama Masloman, Kamis (16/7/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, BANGGAI - Kekhawatiran publik terhadap wabah virus corona terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Bahkan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, mayoritas warganya, sebesar 86,8 % takut terkena covid-19. Hanya 2,7% warga yang tidak khawatir akan terkena virus, dan 7,7 % menyatakan biasa saja.

Demikian salah satu kesimpulan survei terbaru KCI- LSI Network yang bertajuk ‘Kecemasan Publik dan Rapor Hijau Penanganan Covid-19 Kabupaten Banggai.

Survei ini dilakukan secara tatap muka pada tanggal 25 Juni -02 Juli 2020, menggunakan 440 responden yang tersebar di seluruh kecamatan, dengan Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/- 4.8 %. Selain survei, LSI Denny JA juga menggunakan riset kualitatif, untuk memperkuat temuan dan analisa.

“Meskipun khawatir, masyarakat Kabupaten Banggai merasa tenang karena mereka menilai kinerja pemerintah dalam penanganan Covid-19 di Kabupaten Banggai, ibarat rapor penilaian publik atas kinerja tersebut, tergambar dari aneka data survei pemda mendapatkan rapor hijau atau penilaian yang positif,” ungkap peneliti KCI–LSI Network, Ikrama Masloman, Kamis (16/7/2020).

Kekhawatiran terkena virus corona ini, dikonfirmasi oleh persepsi publik tentang aneka informasi, bahwa sebesar 93% publik mengetahui informasi, bahwa virus corona cepat menular dari satu orang ke orang lain, dan sebesar 88.4% mengetahui Orang yang terkena virus corona (covid-19) bisa meninggal, dan sebesar 84% publik terinformasi, bahwa gejala orang terken virus corona memiliki gejala, diantaranya demam tinggi, batuk dengan lendir, sesak nafas, dan nyeri dada atau sesak nafas.

“Dalam hal kinerja pemerintah penanganan Covid-19 dalam temuan survei menggambarkan ada apresiasi positif, setidaknya ada 5 (lima) persepsi atas kinerja penanganan covid 19 di kabupaten banggai,” jelasnya.

Berita Rekomendasi

Pertama, Mayoritas publik pernah mendapatkan Bantuan Sosial dari Pemerintah Daerah. Sebesar 50,6% menyatakan perna mendapat bantuan, 43,4 % menyatakan belum mendapatkan bantuan dari 6% tidak menjawab. Artinya dalam proses berjalan bantuan sosial sudah mayoritas tersalurkan.

Dari mereka yang mendapatkan Bansos, dari segmen gender, sebesar 51,5% perempuan menyatakan dapat, sedangkan laki-laki sebesar 48,8 menyatakan mendapatkan, sedangkan dari segmen agama, sebesar 51,7 mereka yang beragama Islam menyatakan pernah menerima bansos, di hindu 55% dan protestan 43,9

Rapor Hijau kedua atas penanganan covid-19 di Kabupaten Banggai, terpotret dari persepsi penerima bantuan, survei menanyakan seberapa puas publik dengan bantuan sosial, sebesar 92,7% menyatakan puas, dana hanya 5,4% yang menyatakan tidak puas.

Rapor Hijau Ketiga, adalah persepsi publik tentang seberapa berusaha keras pemerintahan menangani virus corona, sebesar 88,4% percaya bahwa pemerintah telah berusaha keras, yang menyatakan kurang percaya hanya 3,4%.

“Rapor Hijau Keempat, adalah persepsi positif atas pemimpin daerah dalam hal ini bupati, dimana survei menanyakan seberapa keras bupati Banggai dalam menyelesaikan masalah penyebaran Virus Corona, 85,9 % menyatakan bupati telah bekerja keras,” paparnya.

Rapor Hijau Kelima, juga persepsi positif atas kemampuan pemimpin daerah dalam hal ini bupati dalam menyelesaikan penyebaran, dimana survei menanyakan seberapa mampu bupati Banggai dalam menyelesaikan masalah penyebaran Virus Corona, 87 % menyatakan bupati mampu menyelesaikan masalah.

LSI Netwok juga merumuskan lima, rekomendasi, pertama meski ekonomi masih berjalan, kehidupan publik mulai berjalan, namin tetap harus mengantisipasi gelombang kedua pandemi, belajar dari Flu Spanyol 1918 menjadi pengalaman.

Bahwa gelombang kedua pandemik lebih berbahaya dan mematikan, maka Tetap waspada hidup di era New Normal. Tak menyebabkan datangnya gelombang kedua pandemi di
Indonesia

Kedua, perlu menjaga keseimbangan kesehatan tubuh dan kesehatan ekonomi, karena gejala dunia menunjukan efek corona menyebabkan pertumbuhan ekonomi bergerak ke arah minus. Artinya publik tetap dibebaskan mencari nafkah asal tetap menjadi protokol kesehatan yang ketat

Ketiga, perlu kerja kolaborasi, semua pihak terlibat dalam edukasi dan pengawasan protokol kesehatan, Pemerintah Daerah, pimpinan dunia usaha, pemimpin masyarakat, tokoh agama, semuanya bahu-membahu melakukan edukasi dan mengawasi agar protokol kesehatan berjalan sesuai aturannya, sehingga menghindari tambahnya jumlah kasus baru.

Keempat, Melanjutkan bantuan sosial yang masif dan tepat sasaran, Aneka bantuan sosial yang sudah diprogramkan secepatnya disalurkan dan harus tepat sasaran. Terutama pada mereka yang berasal dari kelas ekonomi bawah. Untuk memastikan tidak ada yang terpapar lumpuhnya ekonomi

Kelima, konsekuensi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Keenam, para elit yang berhadapan secara politik menunda dulu provokasi yang dapat membelah publik dan membuat mereka makin membara. Fokuskan konsentra untuk membantu masyarakat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas