Kades Jungsemi Minta Polisi Uangkap Teror Pesanan Fiktif yang Berlangsung Selama 2 Tahun Ini
Bukan hanya pisang satu pikap, ada beberapa barang lain semisal batu bata, lemari, perabot rumah hingga kelapa
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Saiful Ma'sum
TRIBUNNEWS.COM, KENDAL - Dasuki Kepala Desa Jungsemi, Kecamatan Kangkung, Kendal angkat bicara terkait teror pesanan fiktif yang menimpa warganya.
Apalagi penipuan pesanan pisang yang melibatkan nama desanya itu viral setelah pedagang hasil bumi asal Wonosobo terkena prank orderan pisang kepok dan pisang ambon satu pikap senilai Rp 9-10 juta.
"Kami harap kepolisian bisa mengusut tuntas," kata Dasuki.
Dasuki mengatakan, penipuan ini bukan kali pertama terjadi dan telah berlangsung dua tahun terakhir.
Warga yang dituju adalah seorang perempuan dalam satu keluarga.
"Korban tidak merasa memesan barang namun barang-barang berdatangan. Tidak tahu siapa yang berulah," terangnya kepada Tribunjateng.com, Sabtu (18/7/2020),
Bukan hanya pisang satu pikap, ada beberapa barang lain semisal batu bata, lemari, perabot rumah, dan kelapa.
Baca: Kantor Kecamatan di Kendal Tutup 3 Hari Gegara Satu Pegawainya Positif Covid-19
Mayoritas pengirimnya berasal dari luar daerah padahal yang bersangkutan tidak merasa memesan barang tersebut.
Namun alamat yang diberikan kepada pedagang ini merupakan lokasi rumah perempuan tersebut.
"Yang saya heran mereka datang dari luar daerah, jauh-jauh. Kadang memesan lewat media sosial dengan mengatasnamakan warga kami, terkadang lewat Whatsapp," paparnya.
Adanya pesanan bodong tersebut tak hanya mengusik ketenangan keluarga korban.
Warga lain juga merasa resah, tidak terkecuali pemerintah Desa Jungsemi.
Kata Dasuki, korban pernah diungsikan ke Batam dan Jawa Timur agar terhindar dari order yang mengatasnamakan dirinya.
Namun, oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut tetap mengejar korban tersebut.
"Di Batam pernah diteror, sampai di Jawa Timur juga. Kasihan sampai stres dia dan orangtuanya," tuturnya.
Tak hanya prank pesanan, sebagian warga Jungsemi juga mendapatkan teror dalam bentuk berbeda.
Termasuk foto istri Dasuki yang dipajang di grup biro jodoh di media sosial.
Bahkan ada perangkat desa hingga guru yang difitnah mencuri, menculik, dan ujaran kebencian kepada pemerintah.
Baca: Fakta Unik Mongee, Pisang Langka dari Jepang yang Punya Rasa Istimewa dan Kulitnya Bisa Dimakan
Dasuki berharap aparat penegak hukum mengambil sikap tegas dan mengusut tuntas oknum yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Supaya membuat rasa aman warga Jungsemi dalam beraktivitas sehari-hari.
"Kami sudah laporkan ke Polres Kendal. Saya harap petugas bisa mengusut tuntas kejadian ini karena korbannya sudah banyak," tuturnya.
Pisang Kepok
Sebelumnya, Hartoyo Susilo (35) warga Wonosobo sedih tertipu orderan pisang yang mengatasnamakan warga Jungsemi di Kendal.
Sebanyak 150 tandan pisang kepok dan pisang ambon yang dibawanya dari Kecamatan Leksono menggunakan pikap tak bisa diturunkan di lokasi.
Hartoyo menceritakan awal mula musibah yang membuatnya kecewa itu terjadi pada Jumat (17/7/2020).
Dia sempat bingung harus menjual pisang itu ke mana lantaran warga di alamat tersebut mengaku tidak pernah order dagangannya.
"Awalnya sekitar 5 hari lalu ada yang order pisang melalui Whatsapp.
Minta (pisangnya) dikirim ke Kendal," terang Hartoyo kepada Tribunjateng.com, Sabtu (18/7/2020).
Baca: Soal Teror Pria Ekshibisionis, Kanit PPA Polresta Solo: Bisa Dijerat dengan KUHP dan UU Pornografi
Melihat ada order masuk, Hartoyo membalas pesan tersebut.
Kemudian terjalin komunikasi dengan pemesan.
Pemberi order mengaku warga Kendal meminta kiriman pisang kepok hingga puluhan tundun.
Hartoyo tak menyanggupinya lantaran stok pisang kepoknya tinggal 25 tandan.
Si pemesan ternyata tetap memohon stok yang ada dikirimkan ke Kendal dengan menjanjikan pembayaran yang tinggi.
"Sudah saya bilang ada 25 tandan saja.
Dia (pemesan) tetap minta dikirim.
Terus dia tanya, 'Kalau dikirim ke Kendal harus berapa banyak?'
Saya jawab minimal 100 tundun.
Dijawabnya, 'Oke kirim saja,'" tutur Hartoyo kepada Tribunjateng.com.
Selama lima hari, Hartoyo akhirnya bisa mengumpulkan lebih dari 100 tandan.
Ia kemudian mengabari pemesan perihal stok yang sudah ada.
Setelah tawar menawar, Hartoyo diminta mengirimkan 150 tundun yang terdiri atas pisang kepok dan sebagian pisang ambon.
Hartoyo dijanjikan dibayar Rp 9 juta-Rp 10 juta sebagai harga beli plus biaya ganti bensin.
Ia juga dikirimi foto KTP pemesan dan lokasi pengiriman via Google Maps di Whatsapp.
Si pemesan berjanji akan mentransfer uang jadi lebih dahulu.
Sayang, Hartoyo yang telanjur percaya meminta uang dibayar sekaligus saja.
"Ya namanya orang dagang, padahal biasanya gak pernah kena tipu begini.
Baca: Ibu Han So Hee Lakukan Penipuan Uang Atas Nama Anak, Sang Aktris Buka Suara & Meminta Maaf
Saya prinsipnya menjual kepada pelanggan yang serius.
Nah dia terus meyakinkan saya dengan menjanjikan transfer uang dulu.
Saya bilang, 'Sudah dihitung di sana saja nanti dibayar di lokasi. '
Saya kemudian dikirimi foto KTP," katanya.
Setelah keduanya sepakat, Hartoyo menata pesanan pisangnya pada Kamis (16/7/2020) malam.
Dia berangkat ke lokasi pengiriman pada tengah malam agar bisa sampai pagi hari.
Hartoyo sempat mengirim pesan singkat kepada pemesan perihal keberangkatannya membawa pisang disertai foto barang di pikap.
"Saat itu dibalas, 'Hati-hati.'
Baru saya sampai sekitar pukul 05.00 pagi dekat dengan titik lokasi," terangnya.
Hartoyo menelepon dan mengirimi pesan singkat kepada pemesan namun tidak ada jawaban.
Ia pun menanyakan rumah pemesan sesuai KTP kepada warga sekitar.
Setelah sampai di depan rumah yang dicari, seorang laki-laki dewasa justru keluar menegur Hartoyo yang hendak menurunkan pisang dari pikap.
"Saya kaget, ada bapak-bapak disusul perempuan sepertinya istrinya, keluar dan bicara nada tinggi.
Minta saya jangan menurunkan pisang itu.
Kata dia anaknya tidak pernah pesan sama sekali.
Saya diajaknya duduk, saya bingung di situ.
Si bapak tidak mau menerima pisangnya dan meminta saya lapor ke Polda Jawa Tengah," jelasnya.
Hartoyo mengaku sudah berusaha meyakinkan pria tersebut dengan menunjukkan pesan WA beserta KTP yang dikirimkan.
Begitu pula pemilik rumah menunjukkan HP milik sang anak sementara anaknya tak keluar rumah.
Dibully di Facebook
Bingung disertai marah karena merasa dipermainkan, Hartoyo akhirnya pergi membawa pisangnya.
Dia sempat memposting dagangan ini di beberapa grup Facebook dengan harapan ada yang mau membelinya.
Unggahan itu juga dikirimkan ke grup-grup Whatsapp yang ia ikuti.
Grup-grup ini rata-rata merupakan kelompok para pelaku niaga.
"Malahan di salah satu grup, saya di-bully.
Dibilang saya yang tukang tipu, posting hanya untuk mencari simpati supaya dagangan laku.
Tidak habis pikir kan kenapa kok saya yang dibilang tukang tipu," ceritanya.
Bully-an itu membuat dia merasa semakin marah, kecewa, dan bingung.
Hartoyo hanya berpikir bagaimana caranya menjual pisang agar tetap laku sebelum pulang.
Jangan sampai dia kembali ke Wonosobo membawa pisang 150 tandan.
Ia akhirnya menghubungi saudara sesama saudagar hasil bumi di Singorojo, Kendal.
Sebagian pisang kepoknya kemudian dibeli saudaranya tersebut.
Di pikap masih tersisa sebagian pisang kepok lain dan pisang ambon.
Hartoyo kemudian bergegas ke Temanggung menawarkan sisa dagangannya ke saudara lain hingga Jumat malam.
Dalam perjalanan, dia berharap prinsip niat dagang untuk mencari relasi saudara tersebut membuahkan berkah bagi diri dan keluarganya.
"Kejadian ini pertama kali saya alami.
Kecewa, sempat marah, dan sedih pasti ada.
Saya berharap ini menjadi pelajaran bagi teman-teman pedagang lain yang berjualan melalui medsos atau online.
Semoga tidak terulang lagi di kemudian hari sehingga tak ada pihak yang dirugikan," jelas pedagang hasil bumi yang sudah berjualan lima tahun terakhir ini. (Sam)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul KKades Jungsemi Kendal Ungkap Munculnya Teror Pesanan Fiktif dari Pisang sampai Batu Bata,