Belajar dari Tewasnya Pendaki di Gunung Lawu, Berikut Tips Mendaki Agar Terhindar dari Hipotermia
Relawan Tim SAR Solo, Ari Kristyono memberikan tips bagaimana mendaki yang baik agar terhindar dari hipotermia berat.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pendaki berusia 18 tahun, bernama Andi Sulistyawan, ramai diperbincangkan setelah sosoknya ditemukan tewas pada 6 juli lalu.
Andi ditemukan tewas di Gunung Lawu saat sedang mendaki bersama teman-temannya.
Namun, yang menjadi sorotan, video yang diduga Andi, beredar di jagat maya sebelum dirinya tewas.
Dalam video tersebut, Andi terlihat bertelanjang dada di atas Gunung Lawu.
Baca: Beredar Video Pendaki Gunung Lawu Telanjang Dada Sebelum Tewas, Ini Penjelasan Soal Hipotermia Berat
Padahal kala itu kondisi di Gunung Lawu sangat dingin, hal itu tampak dari tebalnya kabut yang terlihat dalam video.
Alhasil, video sosok yang diduga kuat Andi ini menjadi perbincangan.
Terlebih, Andi ditemukan tewas dengan mengenakan celana panjang warna hitam dan bertelanjang dada, seperti yang terlihat dalam video.
Relawan Tim SAR Solo, Ari Kristyono membeberkan kejadian yang menimpa Andi.
Menurutnya, apa yang dialami oleh sosok yang diduga kuat Andi ini, merupakan hipotermia berat.
Aktivis yang telah lama berkecimpung dalam bidang SAR ini menyatakan, bila seseorang terkena hipotermia berat, maka ia akan mengalami kepanasan atau disebut paradoxial undressing.
Baca: Pendaki Gunung Lawu Sebelum Ditemukan Tewas, Lepas Pakaian dan Selimuti Kayu Bakar
Ari menuturkan, dirinya pernah melihat langsung adanya seseorang yang mengalami hal seperti itu.
Lantas bagaimana tips untuk mendaki agar terhindar dari hipotermia?
Berikut 3 tips agar mendaki dengan nyaman dan bebas dari hipotermia, menurut Ari:
1. Kumpulkan informasi sebelum mendaki
Ari menjelaskan, sangat penting untuk mengumpulkan informasi saat ingin mendaki gunung.
Adapun, informasi yang diperoleh harus dari seseorang yang paham dengan situasi gunung tersebut.
"Misalnya ke Gunung Lawu, bisa tanya ke AGL (Anak Gunung Lawu), mereka sangat paham," tuturnya.
Baca: Detik-detik Evakuasi Jenazah Pendaki Gunung Lawu, Korban Alami Lecet di Tangan dan Muka
Pasalnya, akan sangat berbahaya bila mendaki dengan kondisi cuaca yang kurang bersahabat.
"Paling berbahaya bila ada perubahan suhu yang drastis."
"Misalnya dari pagi ke sore itu panas, ketika malam sangat dingin, dan itu bisa mendorong munculnya hipotermia," jelas Ari.
2. Siapkan perlengkapan mendaki sesuai kebutuhan
Bila ingin mendaki, maka harus bisa memahami kondisi dari tubuh kita sendiri.
Seperti halnya kebutuhan pakaian, makanan dan alat-alat kesehatan bagi diri sendiri.
"Misal saya tahan kepanasan, tapi tidak tahan kedinginan, maka harus membawa sleeping bag."
"Kalau nggak pakai ini bisa fatal, orang harus tahu," ujar Ari.
Ari menyarankan agar tidak menggunakan celana berbahan jeans ketika mendaki.
Sebab, bahan tersebut sulit untuk kering bila terkena air dan bisa memunculkan hipotermia.
Baca: Kronologi Pendaki Tewas di Gunung Lawu, Sempat Antar Teman Buang Air Kecil, Ditemukan Telanjang Dada
3. Saling menjaga antar sesama pendaki
Ari membeberkan, bila mendaki secara berkelompok maka penting untuk berkoordinasi membawa kebutuhan bersama.
"Kalau dalam pergerakan kelompok peralatan tensi, suhu, dan hipotermia blanket wajib dibawa dan paham cara mengoperasikannya," ungkap Ari.
Disamping itu, saling memperhatikan di dalam kelompok sangatlah penting.
Terlebih, bila ada seorang teman yang dicurigai mengalami gejala hipotermia.
Gejala tersebut seperti lemas tidak bertenaga, kesadarannya mulai berkurang, dan suhu tubuhnya menurun.
"Kalau sudah ada gejala hipotermia jangan ragu-ragu diajak turun."
"Jangan disuruh turun, tapi ditemani, karena itu usaha preventif yang paling efektif," kata Ari.
Sebab, bila dipaksakan, semakin tinggi mendaki bisa semakin dingin dan kadar oksidennya semakin menipis.
"Jangan ambil resiko, lebih baik turun."
"Minimal dua orang yang sudah hafal jalan, lebih baik menemani," pungkas Ari.
(Tribunnews.com/Maliana)