Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Tukang Ojek yang Harus Menabung Demi Beli HP untuk Anaknya, 3 Bulan Terkumpul Rp 100 Ribu

Berikut ini cerita perjuagan seorang tukang ojek yang harus memenuhi fasilitas sekolah tiga anaknya.

Editor: Miftah
zoom-in Cerita Tukang Ojek yang Harus Menabung Demi Beli HP untuk Anaknya, 3 Bulan Terkumpul Rp 100 Ribu
Tribun Sumsel/ Edison
Untuk membantu anak menggapai cita-cita, Andri Kurniawan dan istrinya Siti Khodijah berjuang sekuat tenaga memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. 

Rumah papan yang dikontrak keluarganya berada di RT 06 RW 05 Kelurahan Gunung Ibul Kecamatan Prabumulih Timur kota Prabumulih dan setiap bulan harus dibayar sewa sebesar Rp 250 ribu.

Kondisi itu membuat Andri kesulitan menabung untuk membeli handphone.

Hal itu membuat anaknya terpaksa mengalami kendala tertinggal beberapa pelajaran.

Setelah menabung selama sebulan, ada kenalan Andri yang menjual hp android bekas seharga Rp 100 ribu sehingga anaknya mampu ikut pelajaran daring dari sekolah.

Namun setelah Hp bisa dibeli, Andri justru kembali harus bekerja ekstra lantaran handphone membutuhkan kuota untuk dipakai belajar daring setiap harinya.

Kuota dengan cepat habis lantaran anak sulungnya yang sekolah di salah satu SMP di Prabumulih harus bergantian dengan dua adik kembarnya yang masih SD untuk menggunakan Hp agar bisa belajar daring.

"Akibat corona dan belajar sistem daring ini susah kita, harus kejar-kajaran bekerja terus untuk memenuhi keperluan sehari-hari, sementara ojek sepi," kata Andri Kurniawan dengan raut muka sedih ketika dibincangi wartawan, Selasa (4/8/2020).

Berita Rekomendasi

Andri mengaku sehari-hari dirinya hanya mampu mengumpulkan uang dari hasil menarik ojek di kisaran Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu setiap harinya.

"Selama corona beberapa bulan kemarin sampai sekarang tarikan ojek masih sepi, terpaksa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli Hp karena sepi tarikan ojek. Untung ada teman jual hp bekas Rp 100 ribu jadi anak bisa belajar daring tapi malah kuota yang jadi kendala," keluhnya.

Untuk belajar anaknya, Andri harus membeli paket internet dua hari sekali seharga Rp 8000 untuk belajar daring ketiga anaknya setiap hari.

"Dua hari sekali harus isi kuota internet karena cepat habis," katanya.

Mirisnya, meski tergolong keluarga miskin namun hingga saat ini keluarga Andri Kurniawan tak pernah mendapatkan bantuan apapun baik berupa Kuota, PKH, KIP dan lainnya.

"Selama ini belum ada bantuan apapun baik PKH, BLT maupun KIP," ucap Andri.

Lebih lanjut Andri Kurniawan juga mengharapkan agar Pemerintah Kota Prabumulih ada kepedulian sosial dan bantuan Kuota Gratis.

Halaman
123
Sumber: Tribun Sumsel
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas