Terdampak Pembangunan Tol Solo - Jogja, Lahan di Desa Kapungan Klaten Dihargai Rp 2 Juta Per Meter?
Sejumlah warga telah mendengar isu yang simpang siur terkait nilai ganti untung dari lahan persawahan yang telah dipasangi patok.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Proyek pembangunan tol Solo - Jogja bakal melintasi Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Klaten.
Hal tersebut nampak dari pemberian patok di sejumlah lahan, yang rencananya akan dibangun jalan tol tersebut.
Hingga saat ini, dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) belum merilis nilai ganti untung yang akan diberikan kepada pemilik lahan yang terimbas pembangunan tol Solo - Jogja.
Namun sejumlah warga telah mendengar isu yang simpang siur terkait nilai ganti untung dari lahan persawahan yang telah dipasangi patok.
Menurut Fendi (34), warga Dukuh Bekilen, Desa Kapungan, di desanya telah berkembang isu jika harga per meter untuk lahan persawahan sekitar Rp 2 Juta.
"Muncul asumsi di masyarakat terhadap harga lahan persawahan 1 patok dengan luasan minimal 2.000 meter persegi di Desa Kapungan sebelumnya memiliki nilai jual sekitar Rp 300 juta," katanya.
"Namun ada juga informasi yang berkembang di desa, jika harga per meternya mencapai Rp 2 juta," imbuhnya.
Fendi mengungkapkan, dalam konsultasi publik yang dia ikuti, agenda belum sampai membahas soal nilai ganti untung.
Baca: November 2020 Proyek Tol Solo-Yogya Dimulai
Fendi sendiri masih menunggu tahapan hingga penilaian dari KJPP terhadap lahan persawahan yang dimilikinya itu.
"Saya sendiri masih menunggu tahapan dari pihak KJPP terhadap lahan persawahan warisan saya," ucapnya.
"Disitu baru akan diketahui apakah nanti ganti untung yang diterima nanti layak atau tidak," tambahnya.
Sawah Dipatok
Dua lahan sawah milik Fendi (34) warga Dukuh Bekilen, Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Klaten terdampak pembangunan jalan tol Solo-Jogja.
Sawah warisan dari orang tuanya itu telah dipasangi patok, tanda pembangunan tol Solo-Jogja.
Proyek pambangunan jalan tol Solo-Jogja ini bakal melewati kampungnya tersebut.
Menurut Fendi, sawah warisan orang tuanya itu dalam satu tahun bisa panen sampai tiga kali.
Disana, dia memiliki dua lahan sawah dengan luas 2.400 meter persegi dan 700 meter persegi.
"Dalam satu kali panen bisa mendapatkan sekitar Rp 6 juta sampai Rp 7 juta," katanya, Rabu (5/8/2020).
Sawah warisan tersebut menjadi salah satu sumber pendapatan dari keluarga Fendi.
Sehingga, jika sawah warisannya ini terkena dampak pembangunan tol, dia berharap, ganti rugi yang diberikan sesuai.
"Kami harap nantinya kami mendapatkan ganti dari ini," kata Fendi.
Baca: Sawahnya Dipasangi Patok Pembangunan Tol Jogja - Solo, Fendi Berharap Dapat Ganti Rugi yang Sesuai
Uang ganti rugi tersebut, akan ia belikan tanah lagi.
"Nantinya akan saya belikan lahan sebagai penggantinya," kata Fendi.
Namun, dia sendiri belum bisa memastikan berapa ganti untung yang akan ia terima.
Fendi mengungkapkan, dalam konsultasi publik yang dia ikuti, agenda belum sampai membahas soal nilai ganti untung.
Fendi sendiri akan menunggu tahapan hingga penilaian dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) terhadap lahan persawahan yang dimilikinya itu.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Imbas Pembangunan Tol Solo-Jogja, Berkembang Isu Tanah di Kapungan Klaten Diharagai Rp 2 Juta/Meter