Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ayah Ditembak Antek Belanda, Ngatimin Jadi Mata-mata Berjuang Bela Indonesia sejak Umur 16 Tahun

Ayah Ngatimin muda dicap penjuang lantaran sering membantu membangun parit perangkap tank Belanda di jalan-jalan kampung.

Editor: Ifa Nabila
zoom-in Ayah Ditembak Antek Belanda, Ngatimin Jadi Mata-mata Berjuang Bela Indonesia sejak Umur 16 Tahun
TribunSolo.com/Adi Surya
Mata-mata tentara Indonesia, Ngatimin Citro Wiyono (87) saat bercerita tentang kisahnya di kediamannya, Kaplingan RT. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejuang Indonesia, Ngatimin Citro Wiyono (87) menceritakan perjuangannya membela negara.

Ngatimin yang saat itu masih remaja menjadi saksi kematian ayahnya yang ditembak mati oleh tentara Belanda.

Saat itu sang ayah menggandeng dirinya dan sang adik.

Mereka saat itu tengah berlari di jalanan kampung halamannya, Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar untuk mencari tempat persembunyian.

Pasalnya, ayahnya tengah diburu tentara dan antek Belanda karena dianggap pejuang.

Ayahnya langsung tersungkur dan meninggalkannya dan sang adik sendirian di tengah jalanan kampung.

Nadanya begitu emosional dan meninggi tatkala menceritakan kematian sang ayah saat Agresi Militer II tahun 1948.

Berita Rekomendasi

Baca: Siswa SMA di Tebing Tinggi Selamatkan Bendera Merah Putih yang Hanyut, Dapat Hadiah dari Kapolres

Baca: Bendera Pusaka yang Dikibarkan Saat Proklamasi, Ada Tangis Saat Dijahit dan Pernah Dibelah Jadi Dua

Ayah Ngatimin muda dicap penjuang lantaran sering membantu membangun parit perangkap tank di jalan-jalan kampung.

Terlebih lagi, kediaman Ngatimin tak jauh dari pangkalan udara tentara belanda 'Panasan' atau yang kini dikenal dengan Landasan Udara (Lanud) Adi Soemarmo.

"Pada waktu itu pukul 24.00 WIB, ayahku ikut gotong royong membnuat jebakan tank di jalan kampung. Dibikin lubang selebar dan sepanjang tank dengan kedalaman 1,5 meter," kata Ngatimin, Minggu (16/8/2020).

Antek-antek Belanda, lanjut Ngatimin, ikut serta dalam gotong royong itu sembari mendata orang yang terlibat.

Itupun langsung dilaporkan kepada tentara Belanda.

"Antek-antek Belanda menyamar pakai ikat merah putih ikut-ikutan di dalamnya," tuturnya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas