Mengenal Eri Cahyadi, Calon Wali Kota Surabaya yang Diusung PDIP Gantikan Risma
Eri Cahyadi merupakan Kepala Bappeko Surabaya yang selama ini disebut-sebut sebagai kader Risma di Pemkot Surabaya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Biodata Eri Cahyadi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya banyak dicari setelah resmi menjadi calon Wali Kota Surabaya yang diusung PDIP.
Penetapan Eri Cahyadi sebagai Calon Wali Kota Surabaya disampaikan Ketua Bidang Politik dan Keamanan DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani melalui sambungan daring, Rabu (2/9/2020).
"Rekomendasi Kota Surabaya diberikan kepada Eri Cahyadi dengan Armuji, sebagai calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota Surabaya," kata Puan dalam telekonferensi tersebut.
Eri Cahyadi merupakan Kepala Bappeko Surabaya yang selama ini disebut-sebut sebagai kader Risma di Pemkot Surabaya.
Baca: DPP PDI Perjuangan Resmi Usung Eri Cahyadi dan Armuji di Pilkada Kota Surabaya
Eri selama ini disebut mendaftar di DPP PDI Perjuangan secara langsung.
Sedangkan Armuji adalah politisi PDI Perjuangan yang juga mantan Ketua DPRD Surabaya dan saat ini menjadi anggota DPRD Jatim.
"Ayo semangat, Insya Allah kami harapkan seluruh jajaran bisa berkoordinasi," tambah Puan.
Surabaya diumumkan secara spesial. Sebab, nama dalam amplop yang berisi rekomendasi itu bahkan dibuka secara langsung menjelang detik-detik dibacakan.
Untuk diketahui, Pengumuman rekomendasi calon wali kota dan calon wakil wali kota Surabaya, rencananya akan diumumkan oleh DPP PDI Perjuangan, Rabu (2/9/2020) pukul 14.00 WIB.
Pengumuman berlangsung secara daring dan disiarkan dari kantor DPP PDI Perjuangan di Jakarta.
Siapa sebenarnya Eri Cahyadi?
Berikut biodatanya:
1. Arek Suroboyo Asli
Eri Cahyadi adalah arek Surabaya Asli yang lahir pada tanggal 27 Mei 1977.
Eri menyelesaikan studi di Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada 1999.
Eri mulai menjadi pegawai negeri sipil pada 2001 dan ditempatkan di Dinas Bangunan Kota Surabaya.
Kariernya terus moncer hingga mampu menjabat sebagai Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang.
Pada 2018 ia mengemban tugas sebagai Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya.
Ia juga menjabat sebagai pelaksana tugas Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH).
2. Terinspirasi orangtua
Eri mengaku terinspirasi orangtuanya untuk menjadi seorang birokrat.
Mulanya, ia mengaku tak ingin menjadi birokrat di pemerintahan.
Namun ketika melihat melihat sosok orangtua yang juga birokrat, Eri Cahyadi kemudian tergugah untuk mengikuti jejaknya.
Ditemui di Stadion Gelora Bung Tomo, Sabtu (23/12/2019), pria lulusan Taknik Sipil ITS Surabaya ini mengatakan baru memahami bagaimana perjalanan seorang birokrat ketika melihat sosok sang ayah.
"Saya awalnya tidak ingin jadi birokrat. Kemudian orantua bilang ayo dibenahi jalannya, karena memang kebetulan kedua orangtua saya birokrat," kata Eri Cahyadi saat ditemui seusai acara menanam pohon bersama di Satdion GBT, Sabtu (23/11/2019).
Eri Cahyadi mengungkapkan, ia sempat heran ketika melihat sang ayah pulang hingga malam hari.
Sedangkan, sepengetahuannya, birokrat hanya bekerja hingga siang atau sore.
"Bapak baru pulang jam 9 malam. Setelah itu saya baru tahu, untuk menjadi lebih baik lagi, terutama dalam membantu masyarakat, kita harus meletakkan diri kita ke birokrat," ujarnya.
Dengan menjadi birokrat, Eri Cahyadi berpikir bahwa birokrasi akan menjadi hebat ketika bisa melakukan swastanisasi birokrasi.
"Gimana cara kerjanya kita jadikan seperti swasta, waktu yang kita kerjakan juga seperti swasta. InsyaAllah ketika itu bisa dilakukan, manfaat bagi masyarakat akan lebih besar lagi," imbuhnya.
Ditanyai soal menikmati dunia birokrat atau tidak, Eri Cahyadi mengaku menikmatinya sejak awal masuk.
Mulanya, Eri Cahyadi selalu pulang melebihi jam batas kerja.
Hal itu dilakukannya karena ia memang menikmati pekerjaan sebagai birokrat yang hingga saat ini diembannya.
"Sejak awal di Dinas Bangunan itu saya gak pernah pulang jam 7 malam. Pasti lebih hingga jam 8. Karena memang saya menikmati betul," katanya.
Ia mengaku menikmati proses pembelajaran untuk menjadi diri yang lebih baik lagi dengan media birokrat.
Menurutnya, birokrasi sebenarnya adalah hal yang mudah, oleh karena itu ia berkeinginan untuk memangkas proses birokrasi yang rumit.
Selama menjadi birokrat, Eri Cahyadi mengaku berusaha mewujudkan hal tersebut dengan beberapa aksi nyata seperti pembuatan Perwali untuk memangkas proses yang rumit.
Eri Cahyadi juga menitipkan pesan untuk para milenial di era 4.0.
Ia mengemukakan pentingnya berkolaborasi, bangkit dan bekerja.
Kolaborasi di sini dimaksudkan adanya sinergi antara masyarakat atau swasta dan birokrat pemerintahan sehingga terjalin hubungan berkesinambungan.
Dengan begitu, segala problem akan mudah terselesaikan dan program untuk mensejahterakan masyarakat akan lebih cepat terealisasi.
"Kami juga sudah bekerja sama dengan hotel, apartemen, mal dan berbagai instansi swasta lain. Jadi apa yang dibutuhkan oleh instansi-instansi itu bisa dipenuhi oleh teman-teman milenial," katanya.
"Jadi sekarang tidak penting lagi soal tatap muka. Karena dengan percepatan teknologi semua kebutuhan stakeholder bisa terpenuhi," pungkasnya.
3. Anak Buah Kesayangan Risma
Karier Eri disebut mirip Risma sebelum kader PDIP itu menjadi Wali Kota Surabaya selama dua periode.
Seperti diketahui, Tri Rismaharini pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002), Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2005), dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2008).
Eri Cahyadi adalah calon yang digadang-gadang Risma untuk menggantikannya.
Bahkan Relawan Risma terus beraksi menyatakan dukungan untuk Eri Cahyadi agar melanjutkan tugas memipin Kota Pahlawan sebagai Wali Kota Surabaya.
Minggu (19/1/2020), ratusan Relawan Risma melakukan deklarasi dukungan untuk Eri Cahyadi sebagai calon wali kota Surabaya dan mendorong Eri Cahyadi sebagai suksesor Risma.
Saat deklarasi sejumlah poster dan spanduk dibawa serta dibagikan pada masyarakat yang ada di kawasan Patung Suroboyo, Taman Suroboyo, Kecamatan Bulak.
Spanduk dan poster itu bertulisan Gantikan Risma Itu Mudah, Meneruskan Kebaikannya yang Susah.
Kemudian juga ada spanduk dan poster yang bertuliskan Kami Percaya Eri Cahyadi Bisa; Seng Ketok Moto, Seng Keroso Nyoto, Suroboyo Wes Tambah Ketoto; Risma Wes Mari, Saiki Wayahe Eri; dan spanduk besar bertuliskan #MeneruskanKebaikan.
Koordinator Relawan Risma Rudi Cahyono mengatakan, Eri Cahyadi adalah cawali yang 'Risma Banget'.
Karenanya ia ingin agar legacy yang ditorehkan Risma tak hanya jadi warisan melainkan tetap dilanjutkan.
Ia lalu menyebutkan prestasi prestasi Risma, dan juga sejumlah kesamaan yang ia nilai sama dengan yang ada pada diri Eri.
Mulai dari latar belakang Risma yang seorang teknokrat, kemudian pekerja keras, peduli lingkungan, peduli wong cilik, peduli pemberdayaan kampung.
"Bu Risma memahami manajemen teknis tata kota, serta keberpihakan total pada warga, dan sosok Pak Eri juga memiliki itu," kata Rudi.
Tak hanya itu, sepanjang kariernya di Pemkot Surabaya, kata Rudi, Eri Cahyadi memiliki kontribusi yang nyata dan terukur kepada kota dan warga Surabaya.
Eri Cahyadi aktif turun ke kampung-kampung memberdayakan warga dengan program Surabaya Smart City yang menyentuh lebih dari 500 kampung.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Sosok Eri Cahyadi, Calon Penerus Risma yang Diusung PDIP di Pilwali Surabaya, Terinspirasi Ayahnya