Diiringi Gitar, Doa Kebhinekaan untuk Jakob Oetama Dipanjatkan Para Seniman di Taman Yakopan Sleman
Sejumlah seniman menggelar doa bersama untuk pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Sejumlah seniman menggelar doa bersama untuk pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama.
Selain berdoa, para seniman juga melakukan performance art di Taman Yakopan, Omah Petroek, Kampung Karang Kletak, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejumlah seniman yang mengenakan jarik, duduk bersila di Taman Yakopan depan patung Jakob Oetama.
Beberapa lilin tampak menyala menerangi para seniman dalam memanjatkan doa untuk Jakob Oetama dengan diiringi petikan gitar.
"Acara tadi adalah niatan kita mengiringi kepergian Jakob Oetama dengan doa-doa kebhinekaan," ucap salah satu seniman, Muhammad Shodiq, saat ditemui di Taman Yakopan, Omah Petroek, Kampung Karang Kletak, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Rabu (9/9/2020) malam.
Muhammad Shodiq menyampaikan Jakob Oetama telah memberikan ilmu kepada seluruh masyarakat tanpa memandang identitas.
Baca: Jakob Oetama di Mata Seorang Herman Darmo: Sederhana, Jujur dan Pembela Orang Kecil
Baca: Kenang Pertemuan Pertamanya, Kesan Anies Pada Jakob Oetama, Sosok yang Konsisten Suarakan Keadilan
Ilmu yang tinggalkan oleh Pak Jakob pun akan bermanfaat bagi masyarakat.
"Maka dalam kepergian Beliau pun kami sebagai anak muda mencoba menyampaikan ekspresi bahwa kami mendoakan dengan cara kami masing-masing. Kami yakin ilmu yang Beliau titipkan menjadi suatu yang bermanfaat," ungkapnya.
Doa dan performance art lanjutnya memang memilih tempat di Taman Yakopan.
Di taman ini terdapat patung Jakob Oetama dan sebuah sumur.
Muhammad Shodiq menuturkan, Romo Sindhunata pernah menyampaikan jika sumur itu mengibaratkan Pak Jakob ini seorang guru.
Sumur itu pertanda ilmu pengetahuan dari Jakob Oetama itu sendiri.
"Dalam ruangan ini adalah bagaimana kita mengekspresikan suatu ruang kehilangan, di mana pemilik sumur ini sudah tiada. Tetapi air di dalam sumur itu masih ada," bebernya.
Diungkapkannya, doa bersama diikuti dari lintas iman. Semua memanjatkan doa dengan caranya masing-masing untuk Jakob Oetama.
"Karena saya seniman, saya berdoa dengan cara berekspresi seperti itu. Tadi ada yang dari pondok pesantren, ada juga kawan dari Katolik," tandasnya.
Seperti diketahui, pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama, meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Jakob wafat karena mengalami gangguan multiorgan. Usia sepuh kemudian memperparah kondisi Jakob hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jakob Oetama Wafat, Seniman Yogyakarta Gelar Doa Bersama di Taman Yakoban", Klik untuk baca:
Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma