Berlian 70 Karat Dirampas Pemerintah Kolonial Belanda saat Sultan Adam Jadi Raja Kerajaan Banjar.
Berlian jadi salah satu koleksi benda pusaka di Banua. Artinya memang benda-benda bersejarah yang ada di Belanda sangat bermanfaat untuk Banua
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Banjarmasin Post Nurholis Huda
TRIBUNNEWS.COM, BANJARBARU - Wacana akan dikembalikannya berlian 70 karat oleh Museum Belanda menjadi perhatian di Kalsel.
Berlian 70 Karat tersebut dirampas Pemerintah Kolonial Belanda saat Sultan Adam menjadi raja Kerajaan Banjar.
Kepala Disdikbud Kalsel, Yusuf Effendi melalui Plt Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kalsel, Muhammadun menyambut baik rencana pengembalian berlian 70 karat oleh Museum Belanda.
"Kami dari Pemprov Kalsel Melalui Disdikbud Kalsel, pastinya menyambut baik informasi itu. berlian itu akan menjadi salah satu koleksi benda pusaka di Banua. Artinya memang benda-benda bersejarah yang ada di Belanda sangat bermanfaat untuk Banua. Nanti kita akan rawat karena ada museum yaitu Lambung Mangkurat dan Wasaka, " kata Muhammadun.
Selain koleksi benda-benda bersejarah, berlian tersebut juga dapat menjadi bahan kajian keilmuan.
Pemprov Kalsel, sangat mengapresiasi keputusan pemerintah Belanda yang akan mengembalikan berlian tersebut.
Baca juga: Sri Mulyani Buka-bukaan Warisan Utang Belanda ke Indonesia, Jumlahnya Fantastis
"Nanti bisa dilihat oleh masyarakat Banua. Jadi tahu bahwa ada berlian atau peninggalan dari pejuang-pejuang kita terdahulu yang masih ada di negeri Belanda, " tandas Muhammadun.
Namun, sayangnya sejauh ini Pemprov Kalsel belum secara resmi menerima informasi terkait pengembalian berlian itu.
Apabila benar, perhiasan 70 karat ini akan menjadi daya tarik wisatawan.
"Sebab benda pusaka itu kan napak tilas dari sejarah kerajaaan dan perjuangan. Anak-anak, pelajar atau masyarakat tentunya antusias ingin mengetahui peninggalan nenek moyang mereka, " urainya.
Dia tak menampik, benda bersejarah mengandung nilai-nilai histori. Oleh masyarakat, benda pusaka dianggap memiliki unsur gaib.
Baca juga: 30 Arti Mimpi yang Berhubungan dengan Hal Gaib, Mimpi Melihat Kuburan hingga Pintu Surga Terbuka
Hal ini juga direspon baik oleh lAnggota Komisi 1 DPR RI Syaifulah Tamliha terus mendesak Belanda untuk mengembalikan lukisan asli Syekh Muhammad Arsyad bin Abdillah Al Banjari dan Kitab Asli tulisan tangan Beliau Sabilal Muhtadin yg tersimpan di perpustakaan Lieden of University di Belanda.
"Kitab Sabilal Muhtadin hasil tulisan tangan Beliau juga tersimpan di Lieden Belanda juga sangat penting diketahui oleh para ulama Indonesia, sebab kitab tersebut menjadi rujukan resmi para ahli fiqih dunia, terutama di Indonesia," ujar Syaifullah Tamliha.
Legislator Dapil Provinsi Kalsel, Syaifulah Tamliha terus mendorong agar Kedutaan Besar RI untuk Pemerintah Kerajaan Belanda proaktif melakukan upaya diplomatik, meski jika terpaksa dengan jalur hukum. Sehingga benda-benda bersejarah bagi masyarakat Banjar tersebut dikembalikan ke Indonesia
Lukisan asli yang dibuat atas kekaguman Hindia Belanda kpd sosok ulama Nusantara Syiekh Muhammad Arsyad bin Abdillah Al Banjari yg membetulkan arah kiblat Mesjid Luar Batang Jakarta Utara (makam terkenal Habib Husein bin Abibakar bin Abdillah Al Idrus) dengan keramat yang dimiliki Beliau.
"Ini penting untuk mengetahui wajah Beliau sesungguhnya," terang dia.
Pihaknya berupaya diplomatik adalah cara yang efektif. Hal ini seperti yang dilakukannya lakukan dulu bersama Juliari AP Batubara (sekarang Mensos) sebagai Pimpinan Badan Kerjasama Antar Parlemen melihat langsung berlian tersebut.
"Kami meminta bantuan parlemen uni erofa yg berkedudukan di Brussel agar benda-benda pusaka yg bersejarah saat penjajahan Belanda dikembalikan, termasuk berlian tersebut," runutnya.
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul Pengembalian Berlian 70 Karat, Disdikbud Kalsel Sebut Peninggalan Raja Banjar Jadi Kajian Keilmuan