Gara-gara Salah Pencet, Guru SD yang Hendak Kirim Video Cara Melukis Justru Kirim Video Asusila
Gara-gara salah pencet, seorang guru sekolah dasar (SD) mengirim video asusila ke grup WhatsApp wali murid.
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Gara-gara salah pencet, seorang guru sekolah dasar (SD) mengirim video asusila ke grup WhatsApp wali murid.
Mulanya guru kelas III itu hendak mengirimkan video cara melukis, namun yang terkirim justru video asusila dari grup lainnya.
Atas kejadian tersebut, guru di salah satu sekolah dasar di wilayah Kintamani, Kabupaten Bangli tersebut mendatangi siswa yang bersangkutan untuk meminta maaf.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Bangli, I Nengah Sukarta menjelaskan kejadian tersebut terjadi sekitar sepekan lalu.
Bermula saat guru tersebut hendak mengirimkan video cara melukis yang benar dalam kelas daring ke grup Whatsapp kelas.
Namun saat itu, dia justru salah memencet. Sehingga yang terkirim adalah video asusila kiriman dari grup lainnya.
Baca juga: Guru SD di Bali Kirim Video Mesum ke Grup WA Kelasnya Saat Belajar Daring, Begini Pengakuannya
“Dia dapat kiriman dari luar, tapi tidak ngeh. Itulah yang ditekan dan terkirim,” jelas Sukarta saat dikonfimasi Senin (12/10/2020).
Sukarta mengatakan guru tersebut tidak tahu cara menghapus video yang telah terkirim itu.
Lantaran merasa panik, guru berstatus tenaga kontrak daerah (Guru Tidak Tetap) kemudian mendatangi kediaman murid-muridnya untuk meminta maaf karena kelalaiannya.
Tak hanya mendatangi rumah siswanya, dari kejadian tersebut guru berusia 35 tahun itu juga meminta bantuan kepala desa untuk memfasilitasi pertemuan dengan seluruh orangtua murid.
Sukarta mengatakan, pertemuan tersebut telah dilakukan pada Senin (12/10), dan permasalahan ini telah diselesaikan secara kekeluargaan.
Pun berdasarkan kronologisnya dan kajian yang dilakukan, Sukarta menilai apa yang dilakukan guru bersangkutan murni merupakan kelalaian atau ketidaksengajaan karena kurang hati-hati.
Pasalnya, video tersebut dikirimkan ke sebuah grup kelas.
“Kalau bentuk kesengajaan dikirim ke grup kan tidak mungkin. Berbeda kalau dikirim perorangan."