Pengamat Termuda Gemetar saat Gunung Merapi Meletus pada 2010, Kaca dan Pintu Jendela Pos Bergetar
Peristiwa erupsi Gunung Merapi di tahun 2010 menyisakan memori membekas di benak pengamat Alzwar Nurmanaji.
Editor: Miftah
Mereka bertahan di PGM Selo, sebelum akhirnya mundur ke Dusun Selo, yang berada di punggungan lereng berbeda di kaki Merbabu.
Alzwar dan Pak Singat pindah ke rumah tokoh di dusun itu, sembari berupaya mengamati aktivitas Merapi sebisa mereka.
Alzwar berusaha mencuri waktu istirahat setelah bermalam-malam ia tidak bisa tidur karena kondisi genting di pos.
Hingga kemudian tiba momen dini hari 29 Oktober 2010, saat ledakan besar memuncratkan lava pajar membuat terang benderang puncak Merapi hingga lereng-lerengnya.
“Di Dusun Selo itu perasaan malah seperti sejajar dengan Pasar Bubar. Pemandangannya semakin menggetarkan,” aku Alzwar. Penduduk hanya tinggal segelintir. Sisanya sudah mengungsi ke Boyolali atau Magelang.
Paginya, ia mengajak Pak Singat mundur ke Boyolali. Seniornya setuju, tapi ia harus kembali ke PGM Selo dulu. Alzwar menentang karena situasi yang begitu gawat.
Ia ingat, saat keduanya meninggalkan pos, pintu-pintu belum dikunci. Banyak peralatan penting ada di pos. Ia berusaha meyakinkan Pak Singat, tidak perlu dikhawatirkan. Tidak akan ada orang yang berani mencuri.
Alzwar benar-benar dilahirkan dari Merapi. Ayahnya, Sugijono HS, kini sudah pensiun setelah puluhan tahun bertugas sebagai pengamat Merapi.
Kakeknya, Sastro Jemangi, juga bertugas sebagai pengamat saat vulkanologi masih ditangani pemerintah kolonial Belanda. Kakek buyutnya, juga membantu geolog Belanda.
Saat itu tahun 30an, pos pengamatan Merapi didirikan di Gunung Gono, Dukun, Magelang. Posnya sangat sederhana di sebuah puncak bukit dekat rumah kakek buyut Wawa.
“Beliau (mbah buyut) mungkin menyaksikan letusan 1934 yang konon sangat besar, menghancurkan sektor barat. Kalau simbah kakung (Sastro Jemangi) konon melihat letusan 1954 yang memusnahkan dua dusun di alur Kali Apu,” kata Alzwar.
Suratno, si Jawara Kebut Gunung
Kisah unik menarik penuh lika-liku diceritakan Suratno alias Surat. Dia merupakan petugas pengamat Merapi paling baru yang dipekerjakan BPPTKG Yogyakarta.
Sebelumnya ia hanyalah porter lepas yang kerap diminta membantu para petugas BPPTKG Yogyakarta (dulu namanya BPPTK Yogyakarta).