Kepala BPPTKG Sebut Gunung Merapi Mulai Mendekati Erupsi
Data seismik keluaran gas dan deformasi masih tinggi dan aktivitas guguran makin terus meningkat yang menandai gunung akan meletus
Editor: Eko Sutriyanto
"Saya kira ini PR yang tidak mudah, di masa pandemi ini lokasi pengungsi memang harus dibuat berjarak dan memisahkan dengan kelompok yang rentan," terangnya.
Agar menghindari adanya korban, pihaknya melakukan mitigasi pengurangan risiko bencana yang disiapkan dari awal.
Baca juga: Semua Pengungsi Gunung Merapi di Desa Tegalmulyo dan Balerante Klaten Negatif Covid-19
Meski menurutnya masyarakat di sekitar Merapi memiliki kearifan sendiri untuk mengenal tanda-tanda kapan untuk melakukan evakuasi dan mengungsi.
"Kita ingin memastikan semua nantinya terlaksana dengan baik. Kita perlu memberikan pemikiran dan memberikan gambaran untuk membantu risiko bencana bisa dikurangi dengan baik," urai Ganjar Pranowo.
Berkaca dari sejarah erupsi Merapi Sementara Kepala Pusat Studi Bencana UGM, Dr. Agung Harijoko menyatakan, studi soal sejarah erupsi diketahui Merapi pernah erupsi eksplosif dengan tipe sub plinian hingga tipe plinian dengan erupsi besar terjadi pada tahun 2010 dan 1872.
"Jangka perulangannya terjadi kurang lebih seratus tahun," paparnya.
Ia menyebutkan pengalaman pada kerajaan Mataram kuno di abad ke-8 dan ke-9 yang tidak mampu menyelamatkan infrastruktur seperti bangunan candi yang akhirnya tertutup oleh bekas erupsi.
Sedangkan penduduk ketika itu sebagian besar memilih mengungsi ke daerah Jawa Timur.
"Dulu tidak ada mitigasi sehingga beberapa candi tertutup oleh erupsi.
Manusianya ketika itu berpindah ke Jawa Timur untuk menyelamatkan jiwa," jelasnya.
Untuk itulah dari pengalaman di masa lalu itu menurutnya, perencanaan pembangunan sekarang ini perlu memperhatikan aspek kebencanaan dengan memahami sejarah erupsi dan mengetahui daerah mana saja yang terancam terkena dampak erupsi. (Kompas.com/Albertus Adit)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dalam Webinar UGM, Kepala BPPTKG: Merapi Mendekati Erupsi"