Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Polemik Jembatan Bambu Bernilai Rp 200 Juta di Ponorogo dan Toilet Sekolah Rp 196 Juta di Bekasi

Setelah pondasi jadi, masyarakat berinisiatif untuk membangun jembatan darurat dari bambu daripada harus memutar lebih jauh

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Polemik Jembatan Bambu Bernilai Rp 200 Juta di Ponorogo dan Toilet Sekolah Rp 196 Juta di Bekasi
TribunJatim.com/ Sofyan Arif Candra
Jembatan bambu di Ponorogo yang dibangun menggunakan dana ratusan juta rupiah 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra

TRIBUNNEWS.COM,  PONOROGO - Pembangunan Jembatan Tukung di Desa Bulak, Kecamatan Balong menuai polemik di tengah masyarakat.

Bagaimana tidak, proyek senilai Rp 199.659.000 tersebut hanya berwujud jembatan bambu atau sesek.

Ini membuat publik bertanya-tanya bagaimana alokasi anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemkab Ponorogo tersebut.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kabupaten Ponorogo, Jamus Kunto menjelaskan proyek pembangunan tersebut berawal dari usulan Pemerintah Desa Bulak untuk merehabilitasi jembatan tersebut.

Saat dihitung anggaran yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 500 juta hingga Rp 600 juta untuk lebar maksimal 3 meter.

Baca juga: Hasil Pilkada Jawa Timur 2020 Data KPU Rabu Malam: Suara Masuk di Ponorogo Sudah 100%, Sugiri Menang

"Bapeda bilang adanya anggaran Rp 200 juta, kata lurah tidak apa-apa dibangun saja pondasinya dulu, nanti 2021 dilanjut lagi untuk struktur utamanya," ucap Jamus, Kamis (17/12/2020).

Berita Rekomendasi

Pembangunan pun dilakukan dengan anggaran senilai Rp 200 juta.

Setelah pondasi jadi, masyarakat berinisiatif untuk membangun jembatan darurat dari bambu daripada harus memutar lebih jauh.

"Jadi mereka patungan untuk membuat jembatan bambu tersebut.

Jadi kita tidak terkait dengan pembuatan jembatan sesek bambu itu," lanjutnya.

Menurut Jamus, ada banyak jembatan yang pembangunannya harus dicicil karena keterbatasan anggaran.

Seperti jembatan di Desa Bajang, Kecamatan Mlarak dan di Desa Prayungan, Kecamatan Sawoo.

"Karena memang butuhnya besar tapi anggaran kita tidak cukup, kita cicil, sebenarnya tidak masalah, dan itu juga usulan dari mereka sendiri," lanjutnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas