Belajar Memanusiakan Manusia dari Griya Schizofren, Libas Isu Marjinal, Tebar Asa di Tengah Pandemi
Mengulas semangat kebaikan 'memanusiakan manusia' di tengah pandemi yang dilakukan Griya Schizofren untuk orang gangguan kejiwaan di Griya PMI Peduli.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Daryono
Bahkan saat Idul Adha 2020 lalu, Griya Schizofren menyumbangkan satu ekor sapi, lanjut Yudi.
Baik Griya PMI Peduli dan Griya Schizofrens, setidaknya mereka menjadi tempat hangat di dunia yang luas ini, mengayomi para ODMK, dan menebar asa untuk mereka.
Singkirkan Stigma Negatif
“Kita harus belajar memanusiakan manusia yang bahkan tak termanusiakan,” tambah Kepala Markas PMI Solo Agus Setyo Utomo.
Agus mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Griya Schizofren selama ini, ada semangat anak muda di dalamnya
Dirinya mengakui cara terapi sosial yang dilakukan oleh Griya Schizofren seirama dengan apa yang dilakukan Griya PMI Peduli.
Setiap hari petugas Griya PMI Peduli hidup berdampingan dengan para ODMK, mengajak berkomunikasi, atau setidaknya menjadi pendengar cerita-cerita 'ajaib' mereka.
“Walaupun ceritanya ngalor-ngidul (tidak jelas),” terangnya.
Baca juga: PWI Pusat dan Astra International Hadirkan Tokoh Muda Inspirator Penggerak Tolak Human Trafficking
Menurut Agus, mendampingi mereka yang memerlukan dukungan moral dalam keterbatasan adalah perjuangan yang tidak mudah.
Bahkan tak sesederhana yang dibayangkan, memang perlu hati dan nurani.
Dari total 300 lebih orang dengan gangguan kejiwaan yang dirawat di Griya PMI Peduli, Agus berkisah ada banyak yang sembuh, ada yang sudah menemukan keluarganya yang selama ini hilang.
Ada juga yang meninggal, bahkan ada yang masih terus mengabdi untuk Griya PMI Peduli.
Agus sepakat seperti yang telah dilakukan Griya Schizofren, bahwa orang dengan gangguan kejiwaan tidak seharusnya hidup dalam stigma negatif.
“Bahkan seorang yang dianggap gila oleh masyarakat sekalipun tidak hilang haknya sebagai manusia,” pungkasnya.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)