Belajar Memanusiakan Manusia dari Griya Schizofren, Libas Isu Marjinal, Tebar Asa di Tengah Pandemi
Mengulas semangat kebaikan 'memanusiakan manusia' di tengah pandemi yang dilakukan Griya Schizofren untuk orang gangguan kejiwaan di Griya PMI Peduli.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Daryono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - "Halo agamanya apa? Selamat Natal ya."
Kalimat ramah tersebut hangat terdengar dari seorang pria paruh baya berkulit sawo matang.
Senyum simpul menghias wajahnya.
Kalimat - kalimat lainnya pun terucap, kali ini dengan susunannya yang terdengar tak lazim.
Beberapa menit kemudian, dua orang pria lainnya berjalan mendekat ke arah kami, baju santai, tanpa alas kaki, potongan rambut senada, seolah mereka ingin ikut serta bercengkerama.
"Anu, iya," ucap salah seorang dari mereka, terdengar sedikit lirih dan diakhiri dengan tawa.
Beberapa lainnya tampak sibuk menyusun rapi matras di halaman, lantas membaringkan badan, bersantai, berjemur, menikmati matahari pagi.
Sesekali mereka berkomunikasi satu sama lain, namun ada juga yang hanya saling bergandengan tangan, berjalan mengelilingi bangunan.
Dan beberapa ada yang hanya menatap kosong ke arah depan, tanpa seutas kata.
Mereka yang juga makhluk sosial, Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), yang Tribunnews.com temui di Griya Palang Merah Indonesia (PMI) Peduli, didirikan oleh PMI Cabang Solo, Sabtu (26/12/2020).
Mereka - mereka juga sang penerima manfaat dari Griya Schizofren, wadahnya anak muda yang peduli dengan ODMK.
Gerakan mulia yang dikembangkan oleh penerima 8th SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional Tbk, Triana Rahmawati.
Lengkapnya gerakan ini digagas oleh Tim PKM-M Universitas Sebelas Maret (UNS), selain Triana juga dua rekannya Febrianti Dwi Lestari dan Wulandari.