Kisah Pilu Pembuat Terompet saat Pandemi, Laku 3 Buah padahal Biasanya 15.000 Buah Terjual
Ruyanto sang penjual terompet adalah warga Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.
Editor: Ifa Nabila
Buat terompet dari bahan tahun lalu
Yanto sengaja membuat terompet dari sisa bahan tahun lalu.
Dari ratusan terompet, hanya empat yang diselesaikan sempurna dan bisa dibunyikan.
Sisanya tak bisa digunakan karena dirinya khawatir kasus Covid-19 masih tinggi.
Padahal, terompet berkaitan dengan mulut.
Pria yang telah tujuh tahun membuat terompet ini tak mau berspekulasi membuat terompet dalam jumlah besar, karena dirinya mendengar larangan perayaan tahun baru.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Yanto berjualan mainan anak yang dibeli dari Solo, Jawa Tengah.
Mainan itu dikemas ulang dan dititipkan di warung.
Baca juga: PKS: Ekonomi 2021 Sulit Tumbuh Selama Penanganan Pandemi Tidak Tepat
"Omset mainan sedang turun mas, perbandingannya dulu omset satu sales, sekarang itu omset tiga sales. Ya bersyukur saja masih bisa makan," ucap dia.
Keputusan Yanto tak membuat terompet memang beralasan, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melarang aktivitas warga selama malam pergantian tahun.
Bupati Gunungkidul Badingah mengeluarkan surat edaran tentang penutupan objek wisata saat malam pergantian tahun.
Kapolres Gunungkidul, AKBP Agus Setiawan mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk membantu pemerintah dalam mencegah kerumunan.
Adapun dasar penindakan mengacu pada maklumat Kapolri serta instruksi dari Gubernur DIY.
"Kami siap menindak tegas dengan membubarkan kerumunan pada saat malam pergantian tahun," katanya.