Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dibalik Nilai Efikasi yang Rendah, Ahli Epidemiologi Unair Beberkan Kelebihan Vaksin Sinovac

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes membeberkan sejumlah kelebihan dari vaksin Covid-19 Sinovac

Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Dibalik Nilai Efikasi yang Rendah, Ahli Epidemiologi Unair Beberkan Kelebihan Vaksin Sinovac
Tribunnews/Irwan Rismawan
Petugas medis menunjukkan vaksin Covid-19 buatan Sinovac di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur, Kamis (14/1/2021) - Dibalik Nilai Efikasi yang Rendah, Ahli Epidemiologi Unair Beberkan Kelebihan Vaksin Sinovac 

TRIBUNNEWS.COM - Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes membeberkan sejumlah kelebihan dari vaksin Covid-19 keluaran Sinovac.

Keunggulan ini terlepas dari nilai efikasi vaksin Sinovac yang jauh lebih rendah dibanding vaksin lainnya.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melaporkan vaksin Sinovac memiliki efikasi vaksin sebesar 65,3 persen.

Kelebihan vaksin Sinovac pertama menurut Ato terletak di bagian efek samping dari vaksin itu tercatat kurang dari 1 persen. Artinya, memiliki safety sangat tinggi.

Baca juga: Bersama Tim Lintas Instansi, KPK Kawal Pengadaan Vaksin COVID-19

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes.
Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga Surabaya, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes. (SURYA.CO.ID/Sulvi Sofiana)

“Beda dengan yang lain walaupun efikasinya 90 persen tetapi menggunakan teknologi baru yaitu mRNA. Teknologi baru di sisi lain dalam jangka pendek mungkin bisa diamati dampaknya pada saat uji klinis, jangka panjang mereka belum tahu karena ini adalah platform baru,” papar Ato, Kamis (14/1/2021).

Vaksin Sinovac juga relatif mudah disimpan, maupun logistiknya tidak membutuhkan cold chain atau rantai dingin yang canggih seperti vaksin Pfizer yang membutuhkan penyimpanan minus 70 derajat.

Yakni, dengan disimpan di dalam kulkas biasa saja masih dapat memungkinkan.

BERITA TERKAIT

Ato juga menuturkan, bahwa dikeluarkannya ijin pakai darurat oleh BPOM karena melihat semakin banyak korban Covid-19 berjatuhan.

Sementara, waktu ideal yang dibutuhkan adalah 6 bulan untuk pemantauan agar mengetahui efek samping pasca uji klinis dilakukan.

“Jadi, uji klinis fase 3-nya sudah selesai, sehingga data-data yang dicatat selama pelaksanaan uji klinis hasilnya bisa diperoleh dan dianalisis. Uji klinis sudah selesai hanya versi pemantauan pasca ujinya itu yang kemudian kita tunggu dengan pertimbangan bahwa selama uji mulai ke-1 sampai ke-3 laporan terkait dengan keamanan dan efikasi sudah didapatkan,” tuturnya.

Baca juga: Ariel Noah Cerita Kondisinya setelah 24 Jam Menerima Vaksin

Diberikan Pada Orang Sehat

Bagi Ato, vaksin berbeda dengan obat. Obat untuk mengobati orang sakit. Sementara vaksin untuk mencegah yang sehat agar tidak sakit.

“Sehingga vaksin itu harus diberikan kepada orang yang masih sehat. Kalau sudah sakit bukan menjadi target dari vaksin. Karena, yang bersangkutan sementara sudah punya antibodi alami yang mungkin memang akan terdegradasi seiring waktu,” ucapnya.

Perihal penggunaan vaksin Sinovac, Ato mengatakan, agar saat ini diprioritaskan paling tidak untuk mereka yang belum punya kekebalan sama sekali.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas