Geger Suara Dentuman Misterius di Bali, Berikut Kesaksian Warga Hingga Penjelasan BMKG dan LAPAN
Warga Buleleng, Bali dikejutkan dengan suara dentuman misterius, Minggu (24/1/2021) pagi sekira pukul 10.00 Wita.
Penulis: Adi Suhendi
Mereka bertanya-tanya dari sumber suara suara ledakan tersebut.
Bahkan ada yang menduga suara itu berasal dari proyek Bendungan Tamblang.
Mengingat pihak pekerja kerap melakukan blasting tanah menggunakan bahan peledak.
Baca juga: Kisah Dibalik Es Buah Campur Gerjen Pak Lantip Yogyakarta, Ternyata Sudah Eksis Sejak 1985
Dikonfirmasi terkait dugaan itu, Satker Bendungan BWS Bali Penida, I Gusti Putu Wandira mengatakan, blasting tanah dengan menggunakan bahan peledak memang sering dilakukan pihaknya.
Namun, suara ledakan semestinya tidak sampai terdengar hingga di wilayah Kota bahkan di Kecamatan Sukasada.
"Peledakan memang ada, tapi di dalam trowongan. Tidak mungkin bisa sampai terdengar di kota. Jarak antara proyek dengan kota kan cukup jauh, sekitar 20 kilometer. Kalau kami melakukan peledakan selalu lmemberikan aba-aba berupa suara sirine dan hitung mundur," katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Made Rentin mengatakan, sejumlah warga di Buleleng memang mendengar suara dentuman yang cukup keras.
Setelah ditelusuri, penelusuran seluruh wilayah nihil ledakan di daratan.
"Masih ditelusuri kemungkinan di laut," kata dia, melalui pesan WhatsApp, Minggu 24 Januari 2021.
Terekam sensor gempa BMKG
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, pihaknya segera memeriksa sinyal seismik, khususnya terhadap sinyal seismik dari sensor di wilayah Bali sesaat setelah suara dentuman tersebut ramai menjadi pembicaraan warga.
"Hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya anomali sinyal seismik yang tercacat pada sensor seismik Singaraja (SRBI) pada pukul 10.27 WITA," kata Daryono, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (24/1/2021).
Daryono mengatakan, rekaman seismik tersebut memiliki durasi sekitar 20 detik, dan dilihat dari anatomi seismogramnya tampak bahwa sinyal seismik tersebut bukanlah merupakan sinyal gempa bumi tektonik.
"Jika sinyal seismik tersebut kita coba tentukan magnitudonya menggunakan formulasi penentuan mangnitudo gelombang gempa akan dihasilkan kekuatan 1,1 magnitudo lokal," kata Daryono.