Fakta Jenazah Diangkut Mobil Pikap: Tak Mampu Sewa Ambulans hingga Utang Biaya Perawatan Rp 17 Juta
Sebuah foto yang memperlihatkan jenazah diangkut dengan mobil pikap viral di media sosial.
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah foto yang memperlihatkan jenazah diangkut dengan mobil pikap viral di media sosial.
Diketahui, identitas jenazah tersebut yakni Gede Seni, warga kurang mampu asal Banjar Dinas Pasek, Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali.
Keluarga terpaksa membawa jenazah Gede Seni menggunakan pikap lantaran tak punya biaya untuk menyewa ambulans.
Selain itu, keluarga juga masih memiliki utang perawatan di rumah sakit sebesar Rp 17 juta.
Baca juga: Tak Mampu Sewa Ambulans, Warga di Buleleng Bali Bawa Jenazah Keluarganya Pakai Mobil Pick Up
Berikut ini fakta-fakta yang dirangkum Tribun Bali terkait jenazah Gede Seni yang diangkut pikap:
1. Keluhkan batuk dan lemas
Ditemui di rumah duka, istri almarhum, Ketut Suryani (35) mengatakan, suaminya (Gede Seni, red) mulanya dilarikan ke salah satu rumah sakit swasta yang ada di Kabupaten Buleleng, Bali, pada Minggu, 10 Januari 2021 dengan keluhan batuk dan lemas.
Setibanya di rumah sakit swasta tersebut, Gede Seni didiagnosis mengalami infeksi paru-paru.
Mengingat kondisinya kian melemah, pada Kamis, 14 Januari 2021 almarhum Gede Seni dirujuk ke RSUD Buleleng untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif.
"Sakitnya ini dialami sejak almarhum berhenti merokok, sekitar tujuh bulan yang lalu, dia berhenti merokok karena baru punya anak. Takut anaknya kena asap rokok."
"Tapi setelah berhenti merokok itu, dia tiba-tiba sering batuk. Saya terlambat memeriksakan dia ke rumah sakit, karena tidak punya uang dan jaminan kesehatan," ungkap Suryani sembari menangis.
Baca juga: VIRAL Jenazah Suami Diangkut Mobil Pick Up, Istri: Tak Punya Uang Rp 800 Ribu untuk Sewa Ambulans
2. Sempat ingin melihat foto anaknya
Selama dirawat di rumah sakit, Gede Seni hanya ditemani orangtuanya, yaitu Cening Kawit (55) dan Nyoman Artawan (60).
Sementara Suryani harus mengurus anak pertamanya yang masih berusia tujuh bulan itu di rumah.
Tiga hari sebelum meninggal, Suryani mengaku sempat menjenguk suaminya di ruang ICU.
Kala itu sang suami sempat minta untuk dibawakan ponselnya, agar bisa melihat foto-foto anak semata wayangnya.
"Dia minta dibawakan HP, katanya biar bisa liat foto anaknya, dia sayang sekali dengan anaknya."
"Tangan saya juga dicium-cium, katanya jangan khawatir dia pasti sembuh, tapi kondisinya sudah semakin drop, firasat saya sudah jelek."
"Sampai akhirnya dia meninggal, saya tidak sempat melihat dia lagi," tutur Suryani sembari mengusap air matanya.
3. Pekerja restoran di Kuta
Suryani juga menjelaskan, suaminya sebelumnya bekerja di salah satu restoran yang ada di kawasan Kuta.
Sementara Suryani bekerja sebagai tenaga terapis di Denpasar.
Namun karena pandemi covid-19, keduanya terpaksa dirumahkan.
Praktis pasutri malang tersebut kehilangan mata pencaharian.
Termasuk dengan jaminan kesehatan, tidak lagi ditanggung oleh perusahaannya.
"Selama dirumahkan kami tidak punya uang. Makanya selama tujuh bulan suami saya sakit, tidak bisa berobat ke dokter."
"Minta bantuan ke desa biar punya KIS PBI, sudah diproses, tapi sayangnya KIS-nya baru bisa dipakai bulan Februari nanti," jelasnya.
4. Utang biaya perawatan Rp 17 juta
Atas kondisi ini, Suryani berharap ada donatur yang bisa membantu meringankan beban untuk membayar utang biaya perawatan sang suami, senilai kurang lebih Rp 17 juta.
Sementara jenazah Gede Seni rencananya akan dikubur di Setra Desa Adat Kubutambahan, pada Selasa, 26 Januari 2021 mendatang.
"Saya berharap sekali ada warga yang bisa bantu bayar utang di rumah sakit. Saya punya anak kecil, tidak punya uang, saya mohon sekali bantuannya," ucapnya.
Baca juga: Jenazah Angga Korban Sriwijaya Air Dimakamkan, Ibunda: Biasanya Naik Kapal, Tak Pernah Naik Pesawat
Baca juga: Jenazah Rahmania dan Putrinya Dimakamkan di Kediri, Ibunda Tak Kuasa Menahan Tangis
5. RS izinkan dibawa pulang
Direktur Utama RSUD Buleleng, Bali dr Putu Arya Nugraha tidak menampik jika ada jenazah yang dipulangkan dari RSUD menuju ke rumah duka, dengan menggunakan mobil pikap.
Keputusan itu diambil oleh pihak keluarga sendiri.
dr Arya menjelaskan, keluarga almarhum sebelumnya mengaku akan membawa pulang jenazah ke rumah duka dengan menggunakan mobil carry.
Atas keputusan tersebut, pihak rumah sakit pun mengizinkan, sebab pulangnya jenazah menggunakan mobil pribadi bukan kali pertama terjadi.
"Di bayangan saya, mobil carry itu tertutup, seperti bemo (angkot,red). Karena selama ini keluarga yang mau memulangkan jenazah menggunakan mobil pribadi itu banyak."
"Tapi biasanya mereka menggunakan mobil APV atau angkot, namun ternyata untuk kasus yang ini, carry yang digunakan bak terbuka."
"Pihak keluarga sebenarnya tidak mempermasalahkan. Tapi karena viral di sosial media, warganet merasa itu tidak pantas," ucapnya.
Baca juga: Gugur Ditembak Saat Pengejaran Anggota KKB, Jenazah Pratu Dedi Hamdani Dimakamkan di Lombok Tengah
6. Tercatat sebagai pasien umum
dr Arya pun menegaskan, pihak keluarga sejatinya bisa meminta agar jenazah dibawa pulang, dengan menggunakan mobil jenazah.
Pembayarannya nanti akan dimasukan sebagai piutang, yang dikalkulasikan dengan biaya perawatan.
Apabila keluarga terbukti tidak mampu, maka piutang sejatinya dapat diputihkan.
"Almarhum memang tercatat sebagai pasien umum, karena tidak punya jaminan kesehatan. Selama ini kalau sudah masuk sebagai pasien umum, bisa pakai mobil jenazah rumah sakit."
"Atau bisa dibatu oleh organisasi-organisasi sosial atau bisa juga pakai ambulans milik PMI dan Buleleng Emergency Service (BES)."
"Tapi keluarga memilih menggunakan mobil itu (pikap, red) mungkin biar tidak ribet lagi, karena mungkin mobil itu yang ada, dan mereka tidak mempermasalahkan," ucapnya.
(TribunBali.com, Ratu Ayu Astri Desiani)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul 6 Fakta Jenazah Gede Seni Diangkut Pakai Mobil Pikap, Dirumahkan dan Keinginan Melihat Foto Anaknya