Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lima Poin Isi Surat Dinas Pendidikan Kota Depok yang Larang Siswa Rayakan Hari Valentine

Dinas Pendidikan Kota Depok mengeluarkan Surat Edaran yang berisi larangan untuk merayakan hari kasih sayang (valentine) atau valentine day bagi siswa

Penulis: Daryono
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Lima Poin Isi Surat Dinas Pendidikan Kota Depok yang Larang Siswa Rayakan Hari Valentine
pexels.com
Ilustrasi hari Valentine. Dinas Pendidikan Depok larang siswa rayakan Hari Valentine 2021. 

Kemudian yang lainnya mengklaim bahwa gereja Kristen mungkin telah memutuskan untuk menempatkan hari raya St. Valentine di tengah-tengah Februari dalam upaya untuk "mengkristenkan" perayaan pagan Lupercalia.

Lupercalia adalah festival kesuburan yang didedikasikan untuk Faunus, dewa pertanian Romawi, serta pendiri Romawi Romulus dan Remus.

Untuk memulai festival, anggota Luperci, sebuah ordo pendeta Romawi, akan berkumpul di sebuah gua suci, di mana bayi Romulus dan Remus diyakini telah dirawat oleh serigala betina di sana.

Para pendeta akan mengorbankan seekor kambing untuk kesuburan, dan seekor anjing untuk pemurnian.

Sementara itu, setiap perayaan Hari Valentine, terdapat boneka Cupid di setiap ornamennya.

Lantas, siapa Cupid sebenarnya?

Masih dikutip dari sumber yang sama, Cupid sering digambarkan pada kartu Hari Valentine sebagai peri yang meluncurkan panah cinta pada kekasih yang tidak menaruh curiga.

Berita Rekomendasi

Cupid atau Dewa Asmara Romawi merupakan kisah dari mitologi Yunani yang bernama Eros.

Kisah kelahiran Cupid atau Eros ada banyak versi.

Ada yang mengatakan, Cupid adalah putra Nyx dan Erebus; yang lainnya, dari Aphrodite dan Ares; yang lain lagi mengatakan dia adalah putra Iris dan Zephyrus atau bahkan Aphrodite dan Zeus (yang akan menjadi ayah dan kakeknya).

Baca juga: 10 Inspirasi Hadiah Spesial di Hari Valentine untuk Pria dan Wanita yang Anda Sayangi

Menurut penyair Yunani Archaic, Eros adalah seorang abadi tampan yang dimainkan dengan emosi para Dewa dan manusia, menggunakan panah emas untuk menghasut cinta dan mengarahkan orang untuk menabur kebencian.

Baru pada periode Helenistik, dia mulai digambarkan sebagai anak yang nakal dan gemuk, seperti penggambaran di kartu Hari Valentine.

(Tribunnews.com/Daryono, Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas