Anak-anak hingga Orang Dewasa Korban Banjir Mengemis di Jalanan untuk Makan, Ngaku Bantuan Tak Cukup
Sejumlah anak-anak hingga orang dewasa korban banjir Kampung Benteng, Kelurahan Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang mengemis.
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Laporan Kontributor TribunJabar.id, Cikwan Suwandi
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah anak-anak hingga orang dewasa korban banjir Kampung Benteng, Kelurahan Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat mengemis.
Mereka terpaksa mengemis untuk membeli makanan.
Para korban banjir itu mengaku bantuan yang diterima dari pemeintah tidak mencukupi.
Mereka mengemis di tepian Jalan Ranggagede, tak jauh dari lokasi mereka mengungsi, Selasa (23/2/2021).
Sambil mengiba, anak-anak usia enam hingga sepuluhan tahun ini membawa kencleng berupa wadah plastik, kaleng dan baskom, atau kotak kardus, dan mengasongkannya pada para pengendara yang kebetulan melintas.
Sejumlah pengungsi dewasa juga melakukannya bersama mereka. Beberapa bahkan sambil menggendong anaknya yang masih balita.
Ditemui di tepi Jalan Ranggagede, kemarin para pengungsi mengaku terpaksa "ngencleng', istilah mereka untuk kegiatan mengemis ini, karena bantuan yang mereka terima dari pemerintah di pengungsian jauh dari kata mencukupi.
Baca juga: Ringankan Beban Korban Banjir Bekasi dan Karawang, TNI AL Berangkatkan 23 Truk Bantuan
Baca juga: Korban Banjir Kampung Benteng Karawang Mengemis di Jalanan, Mengaku Hasilnya untuk Beli Makanan
"Memang, sesekali ada bantuan nasi, akan tetapi itu tidak mencukupi untuk warga terdampak banjir," Asman (43), salah seorang korban banjir Kampung Benteng, yang juta terpaksa ikut mengungsi.
Ia mengatakan, sudah lima hari bersama 150-an warga Kampung Benteng mengungsi, sejak kampung mereka diterjang banjir, Jumat (19/2).
Mereka mendirikan tenda dan mengungsi di lahan kosong, tak jauh dari Jalan Ranggagede.
Kampung mereka memang kerap dilanda banjir setiap kali Sungai Citarum meluap.
Namun, banjir kali ini, ujar Asman, terbilang sangat besar dibanding biasanya. Saat banjir menerjang, kedalaman air di kampungnya mencapai dua meteran.
"Lumpurnya saja hampir 30 sentimeter. Di permukiman yang paling dekat Citarum, air bahkan bahkan masih menggenang," ujarnya.