Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Warga Pekalongan Jadi Korban Penurunan Permukaan Tanah: Setiap Hari Rumah Kebanjiran

Cerita warga Pekalongan, Casmonah yang jadi korban penurunan permukaan tanah. Sebut setiap hari rumahnya kebanjiran hingga tak bisa tidur nyenyak.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Sri Juliati
zoom-in Cerita Warga Pekalongan Jadi Korban Penurunan Permukaan Tanah: Setiap Hari Rumah Kebanjiran
Channel News Asia
Cerita warga Pekalongan, Casmonah yang jadi korban penurunan permukaan tanah. Sebut setiap hari rumahnya kebanjiran hingga tak bisa tidur nyenyak. 

TRIBUNNEWS.COM - Casmonah, warga Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Pekalongan, Jawa Tengah, sudah berbulan-bulan tidak bisa merasakan tidur nyenyak.

Sebab, ombak yang datang dari Laut Jawa telah memakan halaman rumahnya.

Bahkan setiap air pasang datang, seluruh bagian rumahnya terendam, termasuk kamar tidurnya.

Ombak yang menghantam dinding rumahnya membuat perempuan berusia 50 tahun ini tidak bisa tidur.

"Rumah saya kebanjiran setiap hari dan bisa terjadi kapan saja. Saat air pasang datang, seluruh rumah terendam, termasuk kamar tidur saya."

"Saya tidak bisa tidur di malam hari. Saya hanya tinggal di beranda sepanjang malam selama ombak menghantam dinding saya," papar Casmonah, dikutip dari Channel News Asia.

warga pekalongan, casmonah
Casmonah, warga Dukuh Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Pekalongan, Jawa Tengah, sudah berbulan-bulan tidak bisa merasakan tidur nyenyak.

Lebih lanjut, Casmonah menceritakan, dulu rumahnya berjarak beberapa ratus meter dari garis pantai.

Berita Rekomendasi

Namun sejak 2015, angin kencang, gelombang tinggi dan penurunan permukaan tanah telah menyebabkan garis pantai semakin maju ke daratan.

Puncaknya, pada Desember 2020 lalu gelombang badai yang kuat melanda desa tempat tinggal Casmonah.

Gelombang badai tersebut menyebabkan erosi yang parah hingga menenggelamkan puluhan rumah dan jembatan penghubung dengan desa tetangga.

Kini beberapa keluarga telah memutuskan untuk pindah, meninggalkan rumah mereka yang terendam secara permanen.

Sementara Casmonah masih bertahan karena tidak mempunyai uang untuk membeli rumah baru.

"Saya takut. Suatu hari nanti rumah saya tidak bisa dihuni, lalu kemana saya akan pergi? Saya tidak punya uang untuk membeli rumah lain. Saya tidak tahu harus berbuat apa," kata Casmonah.

Baca juga: Ahli: Akibat Pengambilan Air Tanah Berlebihan, Tahun 2035 Wilayah Pekalongan Bisa Tenggelam

Di samping itu, penurunan tanah yang telah menghilangkan garis pantai juga menyebabkan ribuan hektar lahan pertanian dan pemukiman warga terendam air laut.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas