Manfaatkan Lahan Tidur, Kodim 0710/ Pekalongan dan Petani Panen Raya Padi Mapan di Lahan 12 Ha
Panen raya ini memanfaatkan lahan bekas kebun singkong dan tebu yang sudah 28 tahun lamanya tidak produktif alias lahan tidur.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kodim 0710/Pekalongan bersama petani menggelar panen raya padi di lahan seluas 12 hektare dengan jenis padi mapan di Desa Sidomukti, Karanganyar, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (16/3/2021).
Panen raya kali ini unik karena lahan padi awalnya merupakan bekas kebun singkong dan tebu yang sudah 28 tahun lamanya tidak produktif alias lahan tidur.
Upaya ini terbukti sukses karena mampu memproduksi padi yang lebih banyak dibandingkan lahan sawah di sekitarnya.
"Untuk hasilnya, perbandingannya 40 persen lebih banyak dari sawah lain. Jika sawah lain dalam 1 hektare menghasilkan 5-6 ton gabah, kami menghasilkan 9-10 ton," ujar Komandan Kodim 0710/Pekalongan, Letkol Czi Hamonangan Lumban Toruan.
Dandim mengungkapkan bahwa salah satu keberhasilannya dalam meningkatkan produksi padi adalah dengan penggunaan pupuk cair organik. "Dengan menggunakan pupuk cair organik extragen itu taktik khususnya," ungkapnya.
Baca juga: Masuki Panen Raya, Bulog Perkirakan Cadangan Beras Pemerintah Tembus 1 Juta Ton
Ia menambahkan bahwa dalam menjalankan program tanam padi tersebut bersama petani banyak dibantu dan dibimbing oleh pihak swasta dan BPD Jawa Tengah untuk permodalannya.
Baca juga: Produksi Panen Naik, Potensi Produksi Beras Januari-April 2021 Naik 3 Juta Ton
Dandim berharap peningkatan produktivitas padi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan petani. "Sekarang ini bagaimana caranya kita harus meningkatkan kesejahteraan petani salah satunya dengan menjamin harga. Kalau harga gabahnya anjlok, bagaimana petani bisa sejahtera dan meningkatkan produksi," tegasnya.
Baca juga: Serapan Panenan Rendah, Petani Pikir-pikir Nanam Bawang Putih Lagi
Sementara itu, Petani Desa Sidomukti Khoiron mengatakan bahwa pihaknya menggunakan teknik tanam terbarukan dalam menanam padi hingga berhasil mendongkrak hasil panen yakni dengan teknik jajar legowo dan cenderung lebih banyak menggunakan pupuk organik cair.
"Penggunaan pupuk kimia untuk penyertaan saja diawal masa tanam hanya 50 persen dari penggunaan pupuk kimia pada umumnya. Kedepan itu kami kurangi secara bertahap hingga nantinya full organik," katanya.
Khoiron menambahkan jika bentuk kerjasama dan dukungan dari Kodim juga sangat mempengaruhi hasil panen utamanya dalam meningkatkan kinerja dan motivasi petani. "Beliau intens bahkan sampai seminggu tiga kali turun ke lapangan," ungkapnya.
Khoiron berharap petani di Indonesia mulai beralih ke pupuk organik dan meninggalkan pupuk kimia secara bertahap demi kelangsungan pertanian di Indonesia.
"Saya berharap petani untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dan mulai beralih ke pertanian organik karena kasihan tanah kita dan demi masa depan serta kelangsungan anak cucu kita," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.