Perut Apriyanti Dibedah Saat Listrik RS HM Rabain Muara Enim Tiba-Tiba Padam Imbas Kebakaran
Tim medispun tetap melanjutkan operasi tersebut dengan bermodalkan cahaya senter dari handphone di dalam ruangan tersebut
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Sumsel Ika Anggraeni
TRIBUNNEWS.COM, MUARAENIM - Apriyanti (34) warga RT 3 Desa Tegalrejo Muara Enim menarik nafas lega usai menjalani operasi caesar untuk melahirkan anak pertamannya dalam tragedi kebakaran yang terjadi di RS HM Rabain Muaraenim,Rabu,(17/3/2021).
Kepada Tribunsumsel.com Apriyanti yang didampingi suaminya Sutrisno (36) tampak tersenyum bahagia saat di temui di ruang Anggur tempat Apriyanti dirawat inapkan.
Dikatakannya hingga saat ini wanita tersebut masih syok setelah melewati proses operasi caesar yang bertepatan terjadinya kebakaran di RS HM Rabain Muaraenim.
"Sejujurnya sampai saat ini rasanya masih gemetar,bagaimana tidak, saat kebakaran terjadi, perut saya sedang dibedah oleh dokter untuk mengeluarkan anak pertama saya,"katanya.
Dikatakan Apriyanti, saat itu dirinya mendengar suara gaduh dari ruang operasi dan orang berteriak kebakaran.
Baca juga: Di Sidang Kasus Kebakaran Gedung Kejagung, Saksi Bilang Mandor Tak Mengawasi Saat Kejadian
"Saat di saya sedang menjalani operasi dan posisi perut masih dibedah, tiba-tiba listrik padam dan saat itu, yang ada dalam benak saya sudah campur aduk.
Namun saya lihat wajah dokter yang mengoperasi saya, dia sangat tenang dan para medis yang ada mengelilingi sayapun mengatakan agar saya tidak panik,di situ saya juga ikutan tenang,namun tetap saja,kekhawatiran itu tetap ada,"katanya.
Dijelaskan Apriyanti, di tengah hiruk pikuk suara di luar ruang operasi dan suasana gelap gulita di dalan ruangan operasi, akhirnya tim medispun tetap melanjutkan operasi tersebut dengan bermodalkan cahaya senter dari handphone.
"Saya sudah pasrah saja, saya bilang ke tim medis, kalau ada apa-apa tolong jangan tinggalkan saya sendiri di ruang operasi ini, saya cemas dan khawatir,takut api membesar, karena ruangan operasi ini adalah ruangan paling dekat dengan ruangan yang terbakar, tapi karena dokter Bertha yang mengoperasi saya bawaannya tenang,saya juga berusaha untuk menenangkan diri saya,saya lihat mereka tetap melanjutkan pekerjaan mereka untuk menjahit perut saya dan menyelesaikan pekerjaan mereka,cukup lama itu dilakukan ditengah suara-suara ribut dari luar ruangan, dan bau asappun sudah sangat terasa didalam ruang operasi itu,"katanya.
Namun lanjutnya karena minimnya pencahayaan dan asappun sudah mulai masuk kedalam ruangan, akhirnya dirinyapun terpaksa di evakuasi oleh tim medis ke IGD di lantai dasar.
Baca juga: Anggota Komite I DPD Dapil Sumsel: Berharap Dunia Birokrasi Membuka Ruang Lebih Buat Perempuan
" Saat itu jahitan saya belum selesai seratus persen, tinggal menjahit kulit dibagian luar, karena kondisi sudah tidak lagi memungkinkan,akhirnya perut saya hanya ditutup pakai plester dulu, dan sayapun langsung di evakuasi kebawah,kalau bayi saya sudah lebih dulu dievakuasi,karena tim medis takut bayi saya terhirup asap,"katanya.
Dijelaskannya setelah di evakuasi di IGD dan situasi mulai aman akhirnya dirinyapun dibawa kembali keruang operasi untuk menyelesaikan jahitan yang sempat distop tersebut.
" Dan alhamdulilah semua bisa kami lewati dengan lancar, dan perut sayapun sudah dijahit sampai tuntas,saya tidak bisa ngomong apa-apa lagi,ini anak pertama kami, yang sangat kami tunggu-tunggu kehadirannya selama 12 tahun ini, kami sudah lama belum memiliki keturunan, dan saya tidak menyangka akan melahirkan dengan situasi seperti ini,kalau boleh jujur rasa trauma itu pasti ada, tapi hilang seketika ketika saya melihat pertama kalinya wajah anak kami yang berjenis kelamin perempuan,"katanya.