Seorang Kepala Dusun Ditemukan Anaknya Tergeletak Tak Bernyawa di Kolam Ikan
Dua anak korban kaget melihat tubuh sudah tergeletak di atas kolam setinggi lutut orang dewasa.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Muhammad Irfan Al Amin
TRIBUNNEWS.COM, KARANGANYAR - Wakidi Hadi Prayitno, Kepala Dusun Bomo, Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar meningggal dunia akibat tersengat arus aliran listrik kolam ikan di rumahnya, Minggu (21/3/2021) sekira pukul 15.00 WIB.
Kasubbag Humas Polres Karanganyar, Iptu Agung Purwoko menjelaskan kejadian tersebut bermula saat korban sedang membersihkan kolam ikan di rumahnya.
"Tepatnya di saluran sirkulasi air yang sudah mampet," imbuhnya.
Kemudian dua putranya yang hendak mandi melewati lokasi kejadian.
Mereka kaget melihat korban sudah tergeletak di atas kolam setinggi lutut orang dewasa.
Korban kemudian di bawah ke Puskesmas Tawangmangu guna mendapatkan pertolongan pertama.
Namun nahas saat tiba di Puskesmas, nyawa korban tak terselamatkan.
Terpisah, Camat Tawangmangu, Rusdiyanto juga mengatakan kini jenazah telah disemayamkan di rumah duka.
Baca juga: Minibus Terjun ke Jurang Sedalam 50 Meter, Angkut Rombangan Ibu-ibu Pengajian, 2 Tewas Terjepit
Baca juga: Bagas Sempat Berteriak Minta Tolong Sebelum Tewas Tersetrum Jebakan Tikus di Sawah
"Sudah di rumah duka, rencananya besok Senin (hari ini) akan dimakamkan," jelasnya.
Korban meninggalkan dua orang anak, Sabtu Febri Astutik dan David, adapun istrinya telah meninggal.
Tersengat Jebakan Tikus
Sebelumnya, petani di Sragen meninggal dunia karena tersengat listrik jebakan tikus.
Korban bernama Sunardi (63) ditemukan meninggal pada Sabtu (6/3/2021) pagi pukul 09.00 WIB.
Jenazah korban ditemukan di atas lahan sawah miliknya sendiri dengan posisi memegang kawat penangkap tikus yang beraliran listrik.
Lahan sawah itu berada di Dukuh Jetak, Desa Gabus, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen.
Informasi yang dihimpun, kawat penjebak tikus itu merupakan desain dan buatan korban.
Menurut Kasubag Humas Polres Sragen, AKP Suwarso, korban ditemukan dalam keadaan tengkurap di sawahnya.
"Korban ditemukan anaknya masih dalam keadaan memegang kawat, setelah itu dirinya teriak minta tolong untuk minta bantuan kepada warga sekitar," jelasnya.
"Hal yang pertama dilakukan adalah mematikan aliran listrik dan membersihkan semua kawat dan barang yang berpotensi memiliki arus listrik untuk memindahkan korban ke area aman," imbuhnya.
Setelah kejadian itu, Polres Sragen langsung memerintahkan warga untuk membersihkan segala kawat listrik dan melarangnya untuk digunakan kembali.
"Kedepannya akan kami sosialisasikan kepada warga tentang bahaya penggunaan kawat listrik," tegasnya.
Banyak Korban Karena Jebakan Tikus
Wilayah di Kabupaten Sragen yang paling banyak menyetor korban jebakan tikus berada di Kecamatan Sidoharjo.
Kapolres Sragen, AKBP Yusnanto Ardi menjelaskan, dari 20 kecamatan yang ada di Sragen, jebakan tikus yang dialiri listrik paling banyak ada di Kecamatan Sidoharjo.
"Paling banyak ada di sana," paparnya kepada TribunSolo.com, Sabtu (7/11/2020).
Baca juga: Berawal Terpeleset di Atap Gudang, Tukang Cat Pegangan Kabel Listrik, Berakhir Tewas Tersetrum
Baca juga: 2 Warga Tewas Tersetrum Listrik Saat Hendak Memasang Tiang Wifi, Seorang Lainnya Kritis
Ia mengatakan, pihaknya telah menginstruksikan kepada 20 Kapolsek untuk mengimbau ke petani-petani agar mencabut perangkap listriknya.
Pasalnya, sejauh ini sudah ada 12 orang yang meninggal akibat tersengat listrik jebakan tikus.
"Kami terus gencarkan pencopotan jebakan tersebut supaya tidak ada korban jiwa lagi," kata dia.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sragen Tatag Prabawanto menyatakan, listrik tidak digunakan untuk membasmi tikus di sawah.
Ia tak menampik jika jebakan tikus yang dialiri listrik efektif untuk membasmi tikus di sawah.
Namun demikian, keberadaan perangkap tersebut justru dapat membahayakan petani itu sendiri.
Ia meminta listrik digunakan sesuai fungsinya.
"Ya jangan untuk nyetrum tikus," ungkapnya.
Imbauan Bupati
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menghimbau agar petani tidak menggunakan jebakan tikus lagi.
Sebab, sudah ada beberapa kasus orang tewas lantaran tersengat listrik dari jebakan tikus tersebut.
Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Sragen, Dedy Endriyatno menegaskan, kedepan bila ada kasus serupa terjadi lagi di Sragen akan dibawa ke ranah hukum.
"Dasar hukumnya kelalaian yang mengakibatkan kematian sudah cukup," ujar Dedy, Jumat (6/11/2020).
Dedy pun mengimbau kepada petani yang belum mencabut perangkap tikus listrik untuk segera mencabutnya.
Apabila tidak dicabut, maka petugas yang terdiri dari penyuluh pertanian, TNI, dan Polri akan melakukan pencabutan.
Sejauh ini perangkap tikus dengan aliran listrik yang telah dicabut ada di Kecamatan Masaran serta Sidoharjo.
Berdasarkan penelusurannya, kata dia, masih banyak jebakan tikus yang dialiri listrik di Kecamatan Tanon, Masaran, dan Sidoharjo.
Baca juga: Baru Sehari Melahirkan, Ibu Muda Ini Tewas Tersetrum saat Cabut Charge HP, Begini Kronologinya
Baca juga: Tersetrum saat Pasang Jaringan Wifi dalam Tugas PKL, 2 Tangan Pelajar Ini Diamputasi, Sempat Minder
Dengan begitu, potensi jatuhnya korban terkena sengatan listrik dari jebakan tikus masih besar.
"Semakin banyak perangkap tikus berbasis listrik yang dipasang maka semakin banyak juga manusia yang kesetrum," tuturnya.
Sebelumnya, seorang petani bernama Suyadi (58) asal Dukuh Tanjang RT 21, Kedung Upit, Sragen, tewas akibat terkena sengatan listrik jebakan tikus.
Sampai saat ini di Sragen sudah ada 12 korban meninggal dunia akibat jebakan tikus listrik.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Bersihkan Kolam Ikan di Rumah, Kepala Dusun di Tawangmangu Meninggal, Gegara Tersengat Listrik