Fakta-fakta Hasil Investigasi PPNI Atas Pernyataan Jarum Patah dan Darah Bercecer Karena Perawat CRS
Perawat yang menjadi korban penganiayaan di RS Siloam Sriwijaya berinisial CRS hingga Rabu
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Perawat yang menjadi korban penganiayaan di RS Siloam Sriwijaya berinisial CRS hingga Rabu (21/4/2021) terus membaik.
Kondisi tersebut diungkap saat CRS dapat kunjungan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah bersama rombongannya, untuk memberikan support kepada CRS selama masa pemulihannya.
Ketua DPW PPNI Sumsel mengatakan kunjungan tersebut dilakukan secara eksklusif oleh Ketum PPNI didampingi Dirut RS Siloam, dan legal dan lawyer RS Siloam Sriwijaya pada kemarin Selasa, (20/4/2021).
Baca juga: Pelajar Korban Ledakan Tangki Balongan Meninggal saat Jalani Perawatan, Kondisinya sempat Membaik
Setidaknya ada empat point penting yang menjadi topik yang dibahas mengenai kasus penganiyaan terhadap CRS yang dilakukan oleh JT, keluarga pasien pada Kamis (15/4/2021).
Dalam investigasi PPNI, CRS telah menjalankan SOP dengan baik sebagaimana penerapan asuhan keperawatan kepada pasien.
Sehingga dipastikan tidak adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan dalam pelaksanaan SOP selama bekerja.
Baca juga: Nasib Satpam di Video Penganiayaan Perawat RS Siloam, Kini Diserahkan Kepada Pihak Ketiga
Hal tersebut tidak seperti yang dituduhkan oleh istri JT mengenai perlakuan yang diterimanya dari CRS sebelum penganiayaan terjadi.
"Tentang komentarnya jarum patah, membiarkan pendarahan, lalu judes hingga psikopat, tidak mungkin," ujarnya.
Oleh karena itu, PPNI akan terus mengawal proses hukum hingga kasus selesai.
Baca juga: Sampaikan Rasa Prihatin, Gubernur Sumsel Video Call Perawat Korban Penganiyaan: Terpenting Tabah
"PPNI akan terus mengawal proses hukum, salah satunya dengan memasukkan lawyer BBH PPNI dalam tim hukum yang akan mendampingi korban," ujarnya.
Tidak hanya PPNI, RS Siloam juga siap mendampingi korban hingga kasus benar-benar selesai, perlindungan diri dari segi kesehatan fisik dan psikis.
Menurutnya, dengan hasil kunjungan tersebut, dia memastikan bahwa proses hukum terhadap pelaku akan terus berlanjut, hingga pelaku mendapatkan sanksi yang seberat-beratnya.
Dengan membaiknya kondisi CRS saat ini secara fisik dan psikis, PPNI terus memberikan support mental kepadanya agar untuk tetap tegar dan dapat menjalankan tugasnya kembali sebagai perawat.
"Kita terus support dia, saat ini kondisinya terus membaik dari fisik maupun psikis," ujarnya.
Pengakuan Istri Pelaku
Keterangan berbeda disampaikan Melisa terkait awal kejadian tersebut.
Melisa mengungkapkan sudah tidak enak pertama kali bertemu dengan CRS.
"Sebenernya jujur, dari awal di situ perasaan saya sudah tidak enak melihat sikap suster itu. Dari nada bicaranya saja agak ketus, saat menangani anak saya yang rewel juga nyeletuk 'Ini (anaknya) rewel terus, harusnya kalau siang jangan ditidurin jadi malem ngga rewel terus',"
"Yah saya jadi tidak enak lah dengernya, kok bisa seorang suster tega ngomong seperti itu," terangnya, bahkan sebelum kejadian viral Melisa sempat memfoto suster tersebut karena perasaan yang tidak enak.
Melisa meminta maaf kepada suster dan pihak rumah sakit atas kejadian kemarin yang sangat meresahkan masyarakat luas.
Selain meminta maaf, Melisa juga berniat ingin mengkonfirmasi terhadap berita yang beredar yang menurutnya kurang imbang dan hanya memojokkan pihaknya.
"Saya mau klarifikasi di sini, kejadian tersebut bermula karena adanya ketidak profesionalan seorang suster Rumah Sakit dalam melayani pasien,"
Serta Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:
"Menurut saya sebagai orang tua bisa berakibat fatal, apalagi anak saya masih balita," ungkap Melisa mengawali cerita.
Sebelum kejadian penganiayaan dalam video yang viral di jagat dunia maya, ia berkata bahwa sejak awal saat anaknya dirawat di RS tersebut sudah mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan hatinya.
Kemudian, saat anak Melisa selesai dirawat dan akan pulang ke rumah suster tersebut yang bertugas melepas infus anaknya yang menurutnya tidak dilakukan secara profesional.
"Ternyata bener kejadian kan, sudah dia nyabutnya kasar, darah sampai kemana-mana di baju, lantai, kasur,"
"Eh, malah saya disalahin katanya, sebaiknya ibu-ibu jangan gendong anak," tuturnya.
Masih kata Melisa, darah yang keluar dari tubuh anaknya sangat banyak dan menurutnya perbuatan suster tersebut sudah fatal dan tidak wajar.
"Sebagai orang tua saya pikir wajar jika kita panik, apalagi setelah lihat anak saya sampai keluar darah si suter itu tidak mau meminta maaf,"
"Masih ada bekas darahnya di baju, semua saya foto," pungkasnya.
Ditambahkannya, melihat darah yang keluar dari tubuh anaknya tak berhenti dan penanganan dari suster tersebut pun kurang, Melisa bahkan langsung mengadu ke kepala perawat.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:
"Fatal darah itu, saya sampai ngadu ke kepala perawat baru ditangani darah tersebut dikasih plester,"
"Sama suster itu darah anak saya cuma ditutul-tutul aja pakai tissu toilet. Saya ngga bohong saya berani bersaksi nanti di pengadilan," bebernya.
Melisa juga meminta kepada pihak Rumah Sakit tempat anaknya dirawat untuk mempertimbangkan posisi dirinya dan meminta supaya suster diberikan teguran.
"Saya minta pihak Rumah Sakit apalagi Rumah Sakit Siloam punya record sebagai rumah sakit bagus, pertimbangkan lagi kejadian ini jangan sampai terjadi ke pasien yang lain apalagi balita karena bisa membahayakan,"
"Menurut saya sikapnya sangat tidak profesional dan sangat tidak layak bekerja di rumah sakit manapun. Harus dipertimbangkan suster itu jika diterima bekerja lagi," tutupnya.
Berita terkait penganiayaan perawat
Artikel ini telah tayang di Sripoku.com dengan judul Fakta Infus dan Darah Terkuak, Hasil Investigasi Perawat Siloam Dipukul Keluarga Pasien