Anaknya Jadi Korban, Peltu Wahyudi Belum Sempat Berikan Sepatu PDL Miliknya untuk Sang Putra
Pandu merupakan kru kapal selam Nanggala 402 yang dinyatakan tenggelam dan seluruh awaknya gugur di perairan utara pulau Bali
Editor: Eko Sutriyanto
Desember tahun ini seharusnya tepat lima tahun Pandu menjadi anggota TNI AL.
Sejak 2016 Pandu dinas di kapal permukaan.
Pada 2018 Pandu mendapat telepon diminta kesatuan untuk mengikuti tes menjadi kru kapal selam.
Pandu diminta secara khusus untuk mengikuti tes.
Pandu akhirnya diterima menjadi 23 anggota kapal selam dari 100 orang yang mengikuti tes kala itu.
Saat mengikuti sekolah kapal selam selama sekitar 7-8 bulan, Pandu menurut Wahyudi sempat rindu dengan masakan Banyuwangi.
Wahyudi lantas mengirim makanan khas Banyuwangi, seperti pecel pitik, ayam kesrut, berikut sambal tempong ke tempat pendidikan Pandu di Surabaya.
"Makanan itu lalu dimakan bareng-bareng bersama anggota lainnya, termasuk kapten kapal Nanggala yang juga gugur," kenang Wahyudi.
Wahyudi mengatakan sejak kecil bahkan sebelum Pandu lancar bicara, telah bercita-cita menjadi tentara.
"Sebelum dia lancar bicara, dia ingin jadi tentara.
Dulu kalau ditanya cita-cita, dia jawab mau jadi tentala (tentara) ," kenang Wahyudi lagi.
Sebagai orangtua, Wahyudi hanya bisa mengarahkan.
Akhirnya Pandu diterima menjadi anggota TNI AL.
"Ketika mendaftar menjadi tentara, kita semua sadar akan segala risikonya.
Apalagi menjadi kru kapal selam, risikonya lebih besar dari kapal permukaan," jelas Wahyudi.
"Ini sudah menjadi ketetapan Tuhan.
Kami harus menerima kenyataan, anak kami gugur saat berlayar bersama kapal Selam Nanggala 402," pungkas Wahyudi.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Kisah Sepatu PDL Jatah sang Ayah untuk Serda Pandu yang Tak sempat Diberikan