BNPB: Kondisi Kepulauan Seperti NTT Perlu Belajar Dampak Turunan Dalam Mitigasi Bencana
BNPB nilai dengan kondisi kepulauan seperti di NTT, perlunya pembelajaran dari dampak turunannya dan bagaimana upaya mitigasi kedepannya.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt. Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menyampaikan adanya tantangan tersendiri dalam penanganan bencana di Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Dengan kondisi kepulauan seperti di NTT ini, perlunya pembelajaran dari dampak turunannya dan bagaimana upaya mitigasi kedepannya.
Plh. Sekretaris BPBD Prov NTT Sintus Carolus menyampaikan bahwa pemerintah NTT sudah melakukan tindak lanjut terkait informasi dini dari BMKG sejak bulan September 2020 mengenai adanya siklon tropis, dengan mengirimkan surat ke setiap Kabupaten/Kota, melaksanakan himbauan dan penegasan kepada masyarakat, serta sosialisasi.
Berdasarkan informasi lapangan yang diperoleh tim survei dan pemetaan BNPB, masyarakat menerima informasi tersebut namun tidak mengira akan sebesar itu.
Hal itu tersampaikan dalam Rapat Koordinasi Tim Intilejen Penanngulangan Bencana (TIPB) pada Kamis (29/4/2021).
Baca juga: Banjir Bandang dan Longsor NTT Jadi Pembelajaran Tingkatkan Pemahaman Masyarakat Hadapi Bencana
Rakor TIPB ini digelar untuk merespon kejadian bencana Hidrometeorologi akibat angin siklon tropis Seroja di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada awal April lalu.
Dalam kesempatan yang sama juga, Badan Informasi Geospasial (BIG) menyampaikan hasil survey yang mereka lakukan di dua wilayah terdampak yaitu Kabupaten Malaka dan Desa Oesena Kabupaten Kupang.
Hasil survei ditemukan fakta bahwa dampak yang ditimbulkan angin siklon tropis seroja di Kabupaten Malaka menyebabkan luapan sungai ke desa-desa yang berada di hilir sungai dengan kondisi terparah berada di Kecamatan Malaka Tengah, Malaka Barat, dan Weliman.
Sedangkan di Desa Oesena, tim BIG menemukan adanya retakan di badan jalan yang menyebabkan munculnya mata air hingga membuat aliran sungai baru.
Berdasarkan analisis penginderaan jauh yang dilakukan oleh LAPAN, angin siklon tropis seroja banyak mengubah bentukan alam NTT, khususnya perubahan bentuk aliran sungai dan adanya danau baru yang terbentuk.
Dalam analisisnya, LAPAN juga mengemukakan bahwa Desa Lemedikte yang berada di hilir sungai di kaki Gunung Aktif Ile Boleng masih terancam banjir lahar dingin.
Selain Gunung Ile Boleng, material lahar dari Gunung Ile Lewotolok juga mengancam desa-desa di sekitarnya.
Menurut Miming Saepudin dari BMKG, siklon tropis sudah beberapa kali melintasi Indonesia dengan potensi terbesarnya di Bulan April-Mei.
“Dampak terbesar dirasakan pada 2008 lalu, baru yang kedua adalah di NTT pada awal April kemarin,” katanya.