Mengenal Kawah Sileri, Kawah Terluas dan Paling Aktif Meletus di Komplek Gunung Api Dieng
Kawah Sileri Dieng mengalami erupsi freatik, sekitar habis Magrib, Kamis (29/4/2021).
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Kawah Sileri di Dieng Banjarnegara, mengalami erupsi freatik, sekira habis Magrib, Kamis (29/4/2021).
Kawah Sileri mengalami erupsi freatik yang menghasilkan lontaran material batu sejauh sekitar 200 meter dan lumpur sejauh 400 meter ke arah selatan.
Tribun Jateng melaporkan, material kawah baik lumpur hingga bebatuan panas, dilaporkan berserak di sekitar kawah, bahkan sampai di jalan.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menganalisa, erupsi Kawah Sileri bersifat freatik, tidak didahului kenaikan gempa-gempa vulkanik yang signifikan.
Tidak ada suplai magma ke permukaan.
Namun potensi erupsi freatik ini masih bisa terjadi tanpa harus didahului peningkatan aktifitas visual maupun kegempaan.
Sehingga ada potensi ancaman bahaya berupa semburan batu dan lumpur di sekitar kawah.
Meski begitu, tingkat aktivitas gunung api Dieng saat ini masih di level normal.
Baca juga: Kawah Minamidake di Sakurajima Kagoshima Jepang Meletus Minggu Dini Hari
Baca juga: Pendaki 14 Tahun Jatuh ke Kawah Gunung Marapi, Masih Selamat, Hanya Alami Memar dan Luka Robek
Kawah Terluas di Datarang Tinggi Dieng
Dilansir situs diengplateau.com, Kawah Sileri merupakan kawah terluas dan teraktif di datarang tinggi Dieng.
Untuk diketahui, gunung Dieng merupakan kompleks gunungapi dengan aktivitas vulkanik tersebar pada 16 kawah.
Ada dua kawah utama yang cukup aktif, yakni kawah Timbang dan Kawah Sileri.
Kawah Sileri memiliki luas sekitar 4 hektar dan merupakan kawah terluas di kompleks gunungapi Dieng.
Nama Sileri berasal dari bahasa jawa yaitu Leri atau air sisa cucian beras, air kawah yang terlihat berwarna silver dan mengalir kesungai dolog.
Hal inilah yang membuat kawah itu akhirnya diberi nama Leri atau sileri, dipaskan dengan warna air yang terlihat kotor seperti leri.
Kawah Sileri ini terletak di Desa Kepakisan atau berada di tengah perjalanan dari Kepakisan menuju pemandian air panas Bitingan.
Kawah Sileri merupakan kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali yang sempat tercatat adalah tahun 1944, 1964, 1984, 2003, 2009, 2017.
Pada 2018 lalu, Kawah Sileri juga pernah meletus, beruntung tidak sampai menimbulkan korban jiwa kala itu.
Meski terbilang berbahaya, tapi cukup banyak orang yang datang untuk menikmati keindahan dan pesona Kawah Sileri ini.
Suasana di sekitar kawah Sileri cukup hangat karena adanya uap yang muncul dari kawah.
Uap panas ini adalah gejala-gejala aktivitas vulkanis, dan uap panas yang berwarna putih keabu-abuan yang keluar inilah yang menjadi daya tarik wisata Kawah Sileri.
Di Kawah Sileri ini tidak disarankan untuk mendekat terlalu dekat karena letupannya yang tidak terduga dan sangat berbahaya.
Baca juga: Kubah Lava Gunung Merapi di Tengah Kawah Lebih Besar, Mengarah ke Barat
Baca juga: Gempa Kekuatan 4,6 Guncang Gunungkidul Yogyakarta, Terasa hingga Bantul, Wonogiri
Banyak memakan korban
Dalam sejarahnya, erupsi Kawah Sileri ini paling banyak memakan korban.
Tercatat pada 4 Desember 1944, Kawah Sileri mengalami erupsi freatik serupa.
Dalam tragedi itu, sedikitnya 117 orang terenggut nyawanya.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dieng, Jawan Surip (2017) mengatakan, pernah ada satu kampung yang hilang akibat erupsi freatik Sileri.
Satu kampung bernama Desa Jawera hilang akibat saat letusan kawah Sileri pada 13 Desember 1964.
Tercatat 114 orang tewas dalam letusan Sileri pada masa Presiden Soekarno itu.
“Dari cerita senior yang ada di pos pemantauan ini, konon materi letusan Sileri tahun ’64 yang berupa batu seukuran kepalan tangan terlempar sampai di sini (pos), yang jaraknya sekitar dua kilometer,” ujar Surip pada 2017 lalu seperti ditulis Kompas.com.
Data Pemantauan
Berdasarkan laporan PVMBG, hasil pemantauan selama periode 1 Januari hingga 29 April, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.
Kawah Sileri teramati berasap putih tipis, sedang hingga tebal dengan tinggi sekitar 1-70 meter dari atas kawah.
Selama periode itu, teramati asap Kawah Sileri berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal tinggi sekitar 1-70 meter dari atas dasar kawah.
Tercatat beberapa kali gempa sejak 1 Januari hingga 29 April 2021.
Diantaranya 30 kali gempa Tornillo, 147 kali gempa Tektonik Lokal, 2 kali gempa Terasa, 31 kali gempa Tektonik Jauh dan 48 kali gempa Vulkanik Dalam.
Pada 29 April 2021 terekam 1 kali Gempa letusan pada pukul 18.25 WIB dengan amplitudo maksimum 42,7 mm dan lama gempa 108,15 detik.
(Tribunnews.com/Tio)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.