Sejarah Mitos Babi Ngepet yang Sempat Membuat Heboh Warga Kota Depok
Baru-baru ini, kabar adanya babi ngepet di Kelurahan Bedahan, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat membuat heboh.
Penulis: Daryono
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejarah mitos babi ngepet yang membuat heboh.
Baru-baru ini, kabar adanya babi ngepet di Kelurahan Bedahan, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat membuat heboh.
Babi itu diamankan warga pada Selasa (27/4/2021) sekira pukul 00.30 WIB.
Setelah ditangkap oleh warga, babi itu disembelih dan kemudian dikubur.
Baca juga: Babi Ngepet Viral, Menarik Perhatian Awkarin hingga Raditya Dika
Belakangan terungkap, kabar babi ngepet itu hanyalah bohong belaka.
Adanya babi ngepet itu ternyata rekayasa.
Polisi telah menetapkan Adam Ibrahim, orang yang menjadi pelaku rekayasa babi ngepet.
Menurut pengakuan Adam, ia tidak sendiri dalam melakukan rekayasa.
Ada delapan warga yang terlibat
"Jadi berita yang viral tiga hari ini (babi diduga jadi-jadian) adalah bohong," kata Kapolres Metro Depok, Kombes Pol Imran Edwin Siregar, dikutip dari TribunJakarta, Kamis (29/4/2021).
Baca juga: Tak Komentari Soal Viralnya Babi Ngepet, Maia Estianty Singgung Kisah Anjing Ashabul Kahfi
Menurut Kombes Imran, Adam Ibrahim melakukan rekayasa agar ia menjadi terkenal.
"Adam Ibrahim telah berbohong dan mengaku melakukan penipuan dengan maksud untuk menjadi terkenal dan agar pengikuti majelis taklimnya bertambah," ujarnya.
Adapun babi yang diduga menjadi babi ngepet adalah babi yang dibeli oleh Adam melalui situs online.
Adam membeli babi tersebut lewat pencinta kucing di Depok.
Adam Ibrahim merogoh kocek Rp 900 ribu dengan ongkos kirim Rp 200 ribu untuk melancarkan aksinya ini.
Bahkan Adam telah merencanakan hal ini sejak Maret lalu.
Kini, karena perbuatannya Adam diamankan polisi.
Ia dikenakan Pasal 14 Ayat 1 dan atau Ayat 2 Undang-Undang Dasar Nomor 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana dengan ancaman hingga 10 tahun penjara.
Sejarah Mitos Babi Ngepet
Meski hanya sebagai mitos atau cerita rakyat, tak jarang masyarakat masih mempercayai adanya babi ngepet.
Tidak diketahui pasti, sejak kapan mitos babi ngepet ini muncul.
Dikutip dari Wikipedia, Guru Besar Pendidikan Bahasa Jawa pada Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Suwardi Endraswara, dalam bukunya Dunia Hantu Orang Jawa memaparkan mitos babi ngepet sebagai penjelmaan dari seseorang yang menggunakan ilmu hitam pesugihan dengan cara mengubah dirinya untuk sementara menjadi babi siluman sehingga dapat dengan mudah melakukan pencurian.
Asian Folklore Studies terbitan Asian Folklore Institute memaparkan bahwa konsep perubahan manusia ke binatang ini serupa dengan konsep werewolf di Barat.
Baca juga: Apa Itu Cerita Mitos? Berikut Pengertian, Macam dan Contohnya
Dalam mitos ini diceritakan, tindakan pesugihan ini dilakukan hanya pada malam hari tertentu dan oleh dua orang, biasanya sepasang suami istri dengan suami sebagai tuan yang akan menjadi babi dan istri sebagai pembantunya.
Tindakan ini didahului dengan puasa beberapa hari sebelumnya.
Tindakan ini juga disertai sesaji yang terdiri atas kembang setaman, minyak wangi, kopi pahit, jajan pasar, kemenyan atau setanggi dan darah ayam cemani, serta dilengkapi dengan baskom berisi air yang di tengahnya ditaruh sebatang lilin atau lampu minyak kecil (senthir).
Tindakan dimulai dengan si tuan akan membungkus dirinya dengan kain hitam sehingga secara ajaib berubah bentuk menjadi seekor babi.
Si babi ngepet ini kemudian akan keliling kampung dengan hati-hati agar tidak terlihat orang untuk mencuri.
Hanya dengan menggesekkan tubuhnya ke dinding rumah, maka uang dan perhiasan pemilik rumah secara ajaib akan terambil.
Sebelum fajar datang, Si babi ngepet akan pulang ke rumah dan berubah bentuk kembali menjadi manusia, dengan kain hitamnya terisi uang dan perhiasan yang dicuri.
Sementara, si pembantu bertugas untuk tetap tinggal di rumah menjaga api lilin atau lampu harus tetap menyala selama si tuan bertindak.
Jika nyala lilin atau lampu bergoyang atau meredup, itu menandakan bahwa si tuan dalam bahaya, misalnya tepergok dan dikejar orang.
Dalam kondisi ini, si pembantu harus mematikan lilin atau lampu tersebut agar si tuan dapat segera berubah bentuk kembali menjadi manusia dan menghilang kembali ke rumah dengan selamat.
Apabila si pembantu lalai, maka si tuan mungkin tertangkap atau bahkan terbunuh dan lilin atau lampu akan padam dengan sendirinya
Soal dari mana cerita atau mitos ini berasal, juga masih belum diketahui secara pasti.
Namun, ada yang menyebut cerita ini berasal dari Gunung Kawi, Malang, Jawa Timur.
Sisa Pemikiran Primitif
Sementara itu, Dr. Onghokham, sejarawan UI yang punya minat khusus dalam soal mitos mengatakan bahwa mitos yang berkembang termasuk mitos babi ngepet merupakan sisa-sisa pemikiran primitif yang ada pada kita.
Dikutip dari Intisari, meski sudah hidup dalam abad ke-21, menurutnya, kita masih memendam pemikiran-pemikiran purba yang bisa disejajarkan dengan pemikiran-pemikiran orang Eropa Abad Pertengahan.
Dalam Abad Pertengahan di Eropa juga dikenal cerita-cerita tentang orang-orang yang menjual rohnya kepada setan untuk memperoleh kekayaan.
Biasanya orang-orang semacam ini mengadakan perjanjian dengan iblis agar diberi kekayaan yang melimpah selama hidupnya.
Setelah ia mati rohnya akan diambil oleh sang iblis pemberi kekayaan.
Baca juga: Kenali Mitos dan Fakta Seputar Penyakit Stroke
Korban-korban dari keyakinan ini juga banyak berjatuhan.
Dalam abad ke-17 di Inggris bukan hal yang aneh kalau ada orang yang dibakar hidup-hidup gara-gara dituduh sebagai ahli sihir yang berkomplot dengan setan.
Jean d'Arc yang kemudian dianggap pahlawan nasional oleh bangsa Prancis dan orang suci oleh gereja Katolik juga mati dibakar karena dianggap telah menjalankan ilmu gaib.
Seperti yang terjadi di Eropa, menurut Ongkokham, kepercayaan seperti ini baru akan lenyap jika rasionalisme berpikir sudah benar-benar berkembang.
Entah kapan hal ini akan terjadi, karena sampai saat ini sebagian besar dari kita, termasuk para ilmiawan, masih meyakininya.
Berita lainnya terkait Babi Ngepet
(Tribunnews.com/Daryono) (TribunJakarta/Dwi Putra Kesuma) (Intisari)