Modus Pemudik Lewati Polisi, Merengek, Menyamar Jadi Warga Lokal Hingga Kelabui Petugas
Meskipun pemerintah tegas melarang mudik dengan melakukan penyekatan, mereka tetap berusaha melewati pemeriksaan polisi.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Menjelang hari-H Lebaran 2021, para pemudik yang tetap berusaha pulang kampung terus berdatangan.
Meskipun pemerintah tegas melarang mudik dengan melakukan penyekatan, mereka tetap berusaha melewati pemeriksaan polisi.
Berbagai cara mereka lakukan agar bisa menerobos posko penyekatan polisi.
Ada yang merengek-rengek seperti anak kecil, ada yang menyamar hingga mengelabui petugas dan berbagai cara lainnya.
Kapolres Karawang AKBP Rama Samtama Putra mengatakan, hingga H-1 Lebaran, sejumlah pemudik masih berupaya mengelabui petugas dengan menjalankan modus ojek online yang hendak mengantar penumpang.
Baca juga: Ketua DPR Sebut Peniadaan Mudik Harus Seiring Dengan Pelarangan WNA Masuk ke Indonesia
Selain itu, modus mudik berombongan menjadi yang paling banyak dilakukan untuk melewati penjagaan polisi.
"Hingga mengaku keluarga sakit tapi tak bisa menunjukkan surat-surat yang dipersyaratkan," kata Rama kepada Tribun Jabar, Rabu (11/5/2021).
Ada juga pemudik yang seolah-olah menjadi warga lokal, hanya berpakaian celana pendek dan kaus.
Tetapi, ketika ditanya dan gerak-geriknya aneh, akhirnya mengaku bahwa dia merupakan pemudik.
Baca juga: Selama Periode Pelarangan Mudik, 8.000 Kendaraan Ditolak Masuk Jateng
"Tetap kami paksa untuk balik arah," kata dia.
Tak hanya itu, Rama juga mengakui upaya lain pemudik yang ditemukan adalah pemudik yang mengaku sebagai karyawan BUMN dan memalsukan surat tugas.
"Surat tugasnya itu berupa scan-an, bukan asli, akhirnya diputar balik," katanya.
Rama pun berharap masyarakat berpikir ulang untuk mudik.
Ia mengaku yakin para pemudik sudah tahu risiko mudik di tengah aturan peniadaan mudik yang diputuskan pemerintah.
Baca juga: Mengaku Lebih Baik Dipenjara, Pemudik Tak Mau Putar Balik: 6 Tahun Nggak Bisa Kumpul Sama Anak
Ia mengimbau warga untuk bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman secara virtual.
Misalnya melalui panggilan video atau aplikasi pertemuan online lainnya.
Dengan begitu, pencegahan laju penularan virus corona bisa dilakukan.
Disoraki warga saat lolos
Pemudik yang lolos dari pos penyekatan di Kedungwaringin, perbatasan Kabupaten Bekasi - Karawang, Jawa Barat, disambut meriah warga sekitar pos itu.
Momen tersebut terjadi saat petugas gabungan membuka penyekatan di Kedungwaringin agar antrean kendaraan tidak mengular panjang.
Mereka melambaikan tangan dan menyemangati para pemudik tersebut. "Semangat ayo," teriak sejumlah warga yang berdiri di pinggir Jalan Raya Rengas Bandung, Kedungwaringin, Bekasi, Selasa (11/5/2021).
Sistem buka tutup diterapkan di pos penyekatan Kedungwaringin. Polisi mengatakan itu berarti meloloskan pemudik.
Baca juga: Polisi Kejar Mobil Plat M Melaju Terobos Pos Penyekatan Larangan Mudik di Tol Malang
Nantinya, para pemudik itu tetap disekat di pos penjagaan berikut di wilayah Kabupaten/kota lintasan Jalur Pantura Jawa.
Momen kegembiraan warga sekitar yang melihat ribuan motor pemudik lolos penyekatan di Kedungwaringin cukup menyita perhatian.
Aksi solidaritas ini muncul secara alami. Tidak ada dari warga yang bertindak sebagai koordinator atau semacamnya.
Baca juga: Hina Polisi karena Tak Bisa Mudik, Pria Asal Majalengka Ini Ternyata Positif Covid-19
Mereka sejak tadi menyaksikan langsung nasib para pemudik yang dipaksa putar balik, ketika mereka diloloskan, sorak sorai langsung ikut dirasakan warga.
Aksi warga ini juga disambut para pemudik. Mereka juga membalas melambaikan tangan, bersorak sorai hingga membunyikan klakson.
Warga sekitar Kedungwaringin, Saiful (26), mengatakan, memberi dukungan bagi pemudik yang lolos penyekatan hanya sebatas solidaritas semata.
"Mereka tuh sudah bertahun-tahun, hampir dua tahun engga mudik. Sekarang mudik harus dijalanin, karena rasa kangen ya itu sangat mendalem banget," kata Saiful.
Menurut Saiful, perjuangan para pemudik yang kadung rindu kampung halaman harus didukung dan diberikan semangat.
"Respect-lah buat mereka, sangat terharu saya," ucapnya.
Menelusuri jalur tikus pemudik
Jalur tikus di Perbatasan Karawang-Subang ternyata juga ramai pemudik sepeda motor.
Penelusuran TribunJabar.id, para pemudik masuk jalur tikus lewat Jalan Nasional Pantura, dimulai dari Karawang hingga Subang.
Melewati dua jalur tikus tersebut, pemudik sepeda motor bisa lolos dari dua pos penyekatan.
Suasana di jalur tikus diwarnai euforia warga sekitar yang banyak memberikan dukungan terhadap pemudik baik melalui poster-poster maupun pengeras suara yang mendoakan keselamatan para pemudik.
Di awali dari Kampung Cikalong Kabupaten Karawang pemudik menyusuri perkampungan dan hingga ke Kampung Krajan Kabupaten Subang yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Karawang.
Jalan yang dilalui tidaklah mudah, selain jalanan perkampungan, para pemudik juga harus melintasi jalur gelap di tengah persawahan jalanan juga licin berbatu.
Astri (24) Pemudik asal Jakarta Tujuan Sidoarjo Jawa Timur mengungkap jalur tersebut memang terbilang jalanan yang rusak, tapi jalur tersebut diakuinya cukup membantu untuk menghindari pos penyekatan.
"Saya seneng sih merasa terbantu, tau sendiri lewat penyekatan ribet banget periksa surat ini itu tetep aja disuruh balik," ujar Astri ketika diwawancara Tribun di jalur tikus pantura, Kampung Cikalong, Jatisari Kabupaten Karawang, Rabu dini hari (12/5/2021).
Astri mengungkap ia tak keberatan jika harus memberi uang sekedah untuk warga sekitar yang perkampungannya hendak ia lalui.
"Enggak bayar saya nyawer aja itung-itung sedekah gedenya sepuluh ribu atau lima ribu gak masalah," kata dia.
Astri enggan melewati pos penyekatan pemudik ia sudah dikabari oleh kawannya yang mudik lebih awal, "Kemarin temen saya gitu, antigen ada, surat keterangan ada, bahkan identitas ada.
Cuma masa disuruh putar balik, saya juga males kalau ceritanya begitu," imbuhnya.
Terpisah IF (25) warga Krajan Patokbeusi Kabupaten Subang mengungkap bahwa ia bersama dengan warga lain sengaja mesang petunjuk arah disetiap persimpangan gang, hal itu dilakukan untuk mempermudah perjalanan setiap pemotor yang hendak mudik.
Dituturkan IF ramainya kendaraan pemudik dimulai dari sore hari.
"Tadi perkiraan sekitar pukul 17.00 itu mulai ramai, tapi dari dua hari ke belakang juga ramainya mulai jam segitu perkiraan sampai pukul 02.00 jalur ini ramai," kata IF ketika ditemui Tribun di Kampung Krajan, Patokbeusi Kabupaten Subang, Rabu (12/5/2021).
Terlihat suasana jalur tikus tersebut sangat ramai ditontoni warga sekitar, bahkan beberapa sudut gang menyediakan pengeras suara khusus untuk memberi petunjuk pemotor yang melintas sekaligus mendoakan serta memberikan semangat bagi para pemudik, tak jarang di setiap pagar maupun pos ronda yang dilintasi dihiasi poster-poster yang bertuliskan dukungan bagi para pemudik.
Keadaan tersebut diungkap IF, warga ingin membantu sesama saudaranya yang saat ini sedang melakukan perjalanan mudik, "Mereka itu datang dari jauh mungkin sudah berjam-jam dari Jakarta dari Bekasi sudah sejauh ini harus putar balik kasihan mereka kami pernah merasakan suka duka perjalanan mudik," kata dia.
Kendati demikian dijelaskan IF, warga berbuat seperti bukan karena tidak mendukung kebijakan larangan mudik dari pemerintah.
"Kami bukannya tidak mendukung keputusan pemerintah, hanya sebagai sesama muslim kami punya rasa iba, kasihan aja soalnya saya kalau dalam posisi mereka pasti akan merasakan kesulitan yang sama," pungkasnya. (Irvan Maulana/Cikwan Suwandi/Tribun Jabar/Tribun Jakarta)
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Apa Saja Modus Pemudik Kelabui Petugas? Ada yang Pakai Kaus dan Celanda Pendek