PSGA LP2M IAIN Surakarta Kampanyekan Desa Layak Anak
PSGA LP2M IAIN Surakarta mengkampanyekan desa layak anak dengan tujuan memberi arahan dalam perlindungan anak.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Surakarta IAIN Surakarta mengampanyekan Desa Layak Anak.
Kampanye ini dilaksanakan melalui Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Syariah Surakarta pada Rabu (26/5/2021).
Dalam kegiatan itu, pihak PSGA LP2M melibatkan perangkat desa/kelurahan dan PKK di sekitar IAIN Surakarta sebagai peserta.
Mereka ikut dilibatkan untuk membahas desain yang relevan terkait Desa Layak Anak di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo.
Baca juga: Ingin Program Tepat Sasaran, Gus Menteri Minta Bupati Nias Utara Kawal Pemutakhiran Data Desa
Dr Zainul Abas, Ketua LP2M IAIN Surakarta menyampaikan, tujuan kegiatan ini untuk memberikan panduan arah pembangunan dan pengembangan pedesaan/kelurahan yang berorientasi pada perlindungan dan pemenuhan hak anak.
"Kampus berkewajiban untuk melaksanakan pendampingan dalam upaya mengembangkan masyarakat secara berkelanjutan"
"Dan salah satu yang perlu dikembangkan adalah penciptaan lingkungan masyarakat yang responsif gender serta ramah bagi anak," kata Zainul Abas, dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Kamis (27/5/2021).
Wakil Rektor I IAIN Surakarta, Dr Imam Makruf menyampaikan, semua kegiatan yang dilakukan harus berorientasi pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
"Kegiatan ini menjadi bagian pendampingan dan pengabdian IAIN Surakarta kepada masyarakat dengan menawarkan ide-ide segar untuk menciptakan kualitas lingkungan yang lebih baik ke depannya," kata Imam Makruf.
Pada materi yang pertama, forum difasilitasi Saptiwi Mumpuni SE MSi, Kepala Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak DP3AP2KB Provinsi Jawa Tengah.
Baca juga: Kunjungi Desa Adat Mas Ubud, Sandiaga Ajak Masyarakat Ikut Ajang Anugerah Desa Wisata
Pada sesi ini, Saptiwi memaparkan kebijakan terkait kota, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan layak anak.
Kebijakan ini penting untuk dipahami agar pada kerangka pelaksanaanya tidak terjadi kesalahpahaman.
Selain itu, pemahaman yang baik juga akan mempengaruhi pola perencanaan dan penganggaran daerah yang mendukung penciptaan kota, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan layak anak.
"Para pemangku kebijakan di semua wilayah harus memahami semua kebijakan yang berorientasi pada penciptaan desa/kelurahan layak anak."
"Karena kebijakan tersebut bisa menjadi landasan untuk Menyusun perencanaan dan penganggaran yang dibutuhkan."
"Ketika tahap perencanaan dan penganggaran sudah tidak memberikan prioritas pada penciptaan desa/kelurahan layak anak, maka upaya ini akan semakin jauh dari harapan," kata Saptiwi Mumpuni.
Pada sesi kedua, Joko Pamungkas dari Universitas Negeri Yogyakarta memaparkan tentang pentingnya belajar dengan kebudayaan dan belajar melalui budaya dalam upaya menciptakan Desa Layak Anak.
Baca juga: Kasus Youtuber Indonesia yang Dituduh Eksploitasi Anak Masih Tahap Penyidikan Kejaksaan Saudi
Menurut Joko Pamungkas yang juga pegiat budaya di Yogyakarta, program Desa Layak Anak perlu sinergi antara keprajan, kampus dan lingkungan.
Keprajan harus terlibat aktif menyediakan ruang inklusif untuk semua pihak yang punya ide dan mau ikut terlibat membangun Desa.
Kemudian, kampus berperan menghadirkan ide baru dan relevan untuk upaya pembangunan desa dan lingkungan masyarakat terlibat aktif untuk ikut Bersama keprajan dan kampus membangun desanya.
"Dalam konteks kebudayaan, pengembangan Desa Layak Anak seyogyanya dikembangkan bersama-sama dengan proses internalisasi kebudayaan kepada anak-anak."
"Budaya adalah buaian tumbuh bagi anak-anak, sehingga jangan dipisahkan dan harus digunakan bersama-sama dalam upaya pengembangan anak baik dalam Pendidikan maupun dalam pembentukan lingkungan belajar dan bermainnya di masyarakat."
"Sehingga akan terbentuk lingkungan berbasis kebudayaan dalam dalam pengembangan Desa dan Kelurahan," tambah Joko Pamungkas.
Baca juga: Stunting dan Kematian Ibu-anak Masih Jadi Masalah Utama Kesehatan di Indonesia
Dari beberapa perwakilan desa/kelurahan yang hadir, semuanya sepakat akan membahas lebih lanjut peluang untuk merealisasikan Desa/Kelurahan Layak anak di tempat mereka masing-masing.
Hanya saja, mereka meminta kepada LP2M IAIN Surakarta untuk tetap melanjutkan kegiatan ini dalam bentuk pendampingan berkesinambungan dan langsung ke masing-masing desa menuju terciptanya Desa Layak Anak.
Merespon permintaan tersebut, Ketua LP2M IAIN Surakarta menyatakan siap untuk menindaklanjuti melalui kegiatan pendampingan yang berkelanjutan di desa dan kelurahan.
"Kami akan menyiapkan perencanaan dan penganggaran untuk menindaklanjuti kegiatan ini melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat Dosen dan mahasiswa, melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata dan program lain yang relevan," ujar Zainul Abas.
(Tribunnews.com/Maliana)