Kasus Covid-19 Melonjak 5 Kali Lipat, Kapolda Jateng Akan Banjiri Kudus dengan Disinfektan
Buntut dari lonjakan kasus Covid-19 di Kudus, Kapolda Jateng akan membanjiri Kudus dengan disinfektan
Penulis: Inza Maliana
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Lonjakan kasus Covid-19 di Kudus, Jawa Tengah menjadi sorotan publik akhir-akhir ini.
Lonjakan ini juga disorot langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta laporan perkembangan kasus Covid-19 di Kudus dalam rapat terbatas pada Senin (31/5/2021) lalu.
Kala itu, Kasus Covid-19 di Kudus sempat melonjak 5 kali lipat hingga mencapai 783 kasus pada 26 Mei lalu.
Baca juga: Pemerintah Teliti Potensi Lonjakan Covid-19 di Kudus Akibat Mutasi Virus Baru
Baca juga: Penanganan Pasien Covid-19 di RSUD Lukmonohadi Kudus Belum Sesuai Standar WHO
Alhasil, rumah sakit darurat difungsikan untuk menangani pasien Covid-19 yang terus bertambah.
Tercatat sebanyak 196 tenaga kesehatan (nakes) terpapar Covid-19 dan satu meninggal dunia.
Petugas pemakaman juga kewalahan akibat kurangnya SDM untuk membantu pemakaman jenazah.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan lonjakan kasus yang terjadi di Kudus telah terprediksi.
Menurut Ganjar, setelah libur panjang, sejumlah wilayah di Jateng akan mengalami kenaikan kasus Covid-19.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Tengah dalam hal ini mencatat setidaknya ada delapan Kabupaten/Kota yang mengalami kenaikan kasus secara signifikan, yakni Sragen, Tegal, Brebes, Banyumas, Cilacap, Karanganyar, Wonogiri dan Kudus.
"Ini terprediksi sebenarnya. Setiap kali ada libur panjang pasti ada kenaikan (kasus)," kata Ganjar, pada Kamis (3/6/2021) kemarin.
Dari catatan tahun lalu, apa yang terjadi di Jawa Tengah persis seperti yang terjadi pada 2020.
Peningkatan kasus aktif pascalibur panjang nasional juga menyebabkan naiknya Bed Occupancy Rate (BOR) hingga mencapai 90 persen.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Ketua Satgas Bertolak ke Kudus
Baca juga: Melonjak Lima Kali Lipat, Jokowi Minta Laporan Perkembangan Covid-19 di Kudus
Kendati telah dilakukan konsultasi dan koordinasi secara rutin terkait adanya potensi kenaikan kasus dari liburan panjang, namun Ganjar mengakui hal itu tidak semua diantisipasi dengan baik oleh sejumlah Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, sehingga terjadi kenaikan kasus seperti yang terjadi di Kudus.
Selain kurangnya antisipasi, Ganjar juga melaporkan kenaikan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus juga terjadi karena prediksi-prediksi seperti fenomena tahun lalu yang tidak dicermati dengan baik sehingga menimbulkan kepanikan.
"Kaget gitu ya. Dia tidak prediksi, dia tidak antisipasi, lalu berikutnya panik," jelas Ganjar.
Kapolda Jateng akan Banjiri Kudus dengan Disinfektan
Menanggapi lonjakan kasus Covid-19 di Kudus, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi mengaku akan membanjiri Kudus dengan disinfektan.
Sedikitnya delapan water cannon akan dikerahkan untuk membanjiri Kabupaten Kudus.
Hal itu disampaikan Irjen Pol Ahmad Luthfi, saat menggelar apel bersama TNI-Polri dan Satgas Covid-19 Kudus, di Simpang Tujuh, Jumat (4/6/2021), dikutip dari Tribun Jateng.
Baca juga: Kasus Covid-19 Di Kudus Melonjak, Ketua Satgas Ganip Warsito Tinjau Pasar Bitingan
"Kami siapkan delapan water cannon, kita akan banjiri Kudus dengan disinfektan," ujar dia.
Water canon itu, rencananya akan disiagakan untuk mencegah terjadinya penularan virus Covid-19.
Pihaknya juga akan melakukan evaluasi setiap tiga hari sekali hingga kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus menurun.
Termasuk menyiagakan anggotanya untuk mengatasi pemulasaraan dan pemakaman jenazah terkonfirmasi positif.
"Kami sudah menugaskan tim untuk membantu pemulasaraan jenazah. Jangan sampai kita dianggap tidak mampu menangani jenazah," ujarnya.
Pihaknya juga berpesan agar petugas di lapangan memahami panel data dalam pelaksanaan PPKM mikro.
Baca juga: Lonjakan Kasus Covid-19 di Kudus, Komisi IX Ingatkan Pemerintah Soal Pandemic Fatigue
Seluruh warga yang terkonfirmasi positif dan melakukan isolasi mandiri, harus diketahui rumahnya dimana, dan sudah melakukan isolasi mandiri sejak kapan.
Sehingga tidak ada pasien yang terkonfirmasi positif itu justru keluyuran ke luar rumah hingga menulari warga lainnya.
"Satgas harus mengontrol rumah itu, tidak ada yang keluyuran. Kalau perlu diberi beras dan mi instan," ujarnya.
(Tribunnews.com/Maliana/Taufik Ismail, Tribunjateng.com/Raka F Pujangga)