Sepak Terjang Kombes Pol Sumardji, Karier Melesat Berkat Sepak Bola (1)
Kombers Pol Sumardji tak pernah membayangkan bakal jadi Dirlantas. Berangkat dari bintara, sepak bola mengantarnya jadi perwira menengah.
Editor: cecep burdansyah
Sukanya kalau menang pertandingan saja. Tapi ketika kalah, tidak bisa tidur sampai dua hari.
Bahkan, dalam peristiwa kita kalah di final SEA Games itu, satu minggu saya sakit perut. Stres berat soalnya. Jadi, dalam sepak bola itu senangnya saat menang. Bangga luar biasa.
Sejak kapan bapak menggemari sepak bola?
Sejak kecil saya sering main sepak bola. Karena tinggal di kampung, olahraganya ya cuma itu. Tapi sekadar untuk jaga kebugaran dan bersenang-senang bersama teman saja. Sehingga tidak bisa jadi tolak ukur.
Nah, ketika dewasa dan jadi polisi, saya ditunjuk oleh pimpinan. Tentu sebagai anak buah, saya harus menjalankan tugas dari pimpinan sebaik-baiknya.
Apa alasannya, kok Pak Sumardji yang ditunjuk?
Ini juga saya tidak tahu apa alasannya. Waktu itu saya diajak Pak Condro Kirono ke Bali, melihat turnamen di sana. Saya disuruh lihat-lihat terus, agar senang.
Karena sering diajak itulah, akhirnya saya kebawa juga. Dan bahkan saya ikut kegilaan. Sampai sekarang.
Di dunia sepak bola Indonesia, kita tahu ada isu tentang mafia. Apa yang pernah Anda rasakan dan ketahui tentang itu?
Memang, itu bukan sesuatu yang tabu atau asal bicara. Faktanya memang demikian. Sepak bola kita tidak jauh dari mafia perjudian. Dan kita tahu, pelaku perjudian tega menghalalkan segala cara. Seperti mempengaruhi pemain, perangkat pertandingan, manajemen, dan sebagainya.
Tapi saya melihat itu masa lalu. Sejumlah pelakunya sudah diungkap, dan itu bagian dari konsekwensi dalam upaya untuk memperbaiki kualitas sepak bola di negeri ini.
Jabatan Anda di dunia sepak bola saat ini, apa saja?
Sampai sekarang saya masih COO Bhayangkara FC. Di atas saya ada CEO, dan di bawah saya ada manajer. Sedangkan di Timnas, saya dapat SK lagi, ditunjuk menjadi wakil manajer
.
Apa kuncinya, kok Anda bisa dipercaya terus, kan tidak mungkin pimpinan asal tunjuk?
Saya sendiri tidak tahu. Tapi, mungkin ada beberapa hal yang orang banyak tidak mau. Yakni mau tekor dan selalu ikhlas. Tekor itu macam-macam ya, tekor tenaga, tekor pikiran, waktu, uang, dan sebagainya. Kan tidak semua orang mau itu.