Pemerintah Masih Dingin Tanggapi Permintaan Perajin Tahu-Tempe (1)
Peristiwa perajin tahu dan tempe di Jawa Barat yang mogok beberapa hari lalu, sebagai isyarat akan adanya kenaikan tahu-tempe.
Editor: cecep burdansyah
Seperti yang direncanakan, harga jual tetap dinaikkan, tapi tidak signifikan, hanya antara 10-20 persen dari sebelumnya.
Misalnya, biasa harga jual untuk satu papan tahu itu Rp 47 ribu, sekarang jadi Rp 50 ribu. Ada juga perajin yang tidak menaikkan harga, tapi menyesuaikan ukuran barang produksinya.
Hal yang dikhawatirkan para perajin tahu dan tempe sebenarnya bukan kenaikan kedelai. Hal yang lebih dikhawatirkan para perajin tahu dan tempe adalah turunnya harga komoditas lain yang strategis seperti telur, ikan, atau daging.
Sebab, bila harga komoditas itu turun cukup tajam hingga 30-40 persen atau lebih dari itu, para konsumen akan beralih memilih itu daripada tahu dan tempe. Inilah yang betul-betul lebih dikhawatirkan para perajin daripada hanya kenaikan harga kedelai.
Bila demikian, siapa yang diuntungkan dengan aksi mogok perajin tahun dan tempe kemarin?
Inilah yang jadi persolaan. Sebetulnya tidak ada pihak yang diuntungkan. Mungkin bagi produsen pabrikan besar yang mampu berproduksi tahu lebih dari 1 ton sehari cukup menguntungkan karena bisa menutupi biaya operasional.
Tapi bagi perajin kecil yang hanya mampu memproduksi di bawah 50 kilogram atau lima jirangan, situasi liburnya produksi cukup mengganggu mereka, terutama para buruh hariannya yang harus kehilangan penghasilannya.
Belum lagi, para perajin kecil pun harus dihadapkan pada situasi persaingan dagang dengan produk produsen pabrikan dalam mekanisme pasar.
Produsen pabrikan besar sudah mampu memproduksi tahu dengan kualitas lebih baik, seperti tahu sutra berkat teknologi mesin.
Sedangkan perajin kecil atau rumahan, untuk dapat memproduksi kualitas tahu yang sama, memerlukan biaya produksi yang sangat tinggi.
Oleh karena itu kami pun bingung dengan adanya aksi mogok kemarin, siapa sebenarnya yang diperjuangkan? Apakah produsen besar atau kecil? Makanya, pemerintah harus jeli dan fair dalam melihat fenomena ini sebelum menentukan kebijakan.
Adakah pembicaraan antara Puskopti dan Gakoptindo dengan pemerintah untuk menyikapi tinggiya harga kedelai impor ini?
Sebetulnya sebelum adanya aksi demo kemarin, telah ada rapat antara Puskopti, Gakoptindo bersama pemerintah di Dirjen Perdagangan Dalam Negeri.
Semua menyayangkan ada kenaikan harga kedelai ini. Dari hasil rapat tersebut, pemerintah menyepakati usulan dan telah mengumumkan hasilnya, diantaranya meminta para importir untuk membatasi kenaikan harga.