Komite KIPI India Konfirmasi Kematian Pertama Terkait Vaksinasi
Ketua Komite KIPI Nasional India, Dr N K Arora mengatakan bahwa kematian seorang laki-laki berusia 68 tahun disebabkan oleh reaksi alergi parah
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Sebuah komite yang dibentuk pemerintah India untuk mempelajari efek samping vaksin virus corona (Covid-19) telah mengkonfirmasi kematian pertama akibat anafilaksis setelah vaksinasi.
Dikutip dari laman The Indian Express, Rabu (16/6/2021), Komite Nasional Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi (KIPI) India melakukan penilaian kausalitas dari 31 kasus KIPI yang dilaporkan.
Baca juga: Jawab Kekhawatiran Isu Varian Baru Covid-19, Gibran Siapkan Ruang Isolasi Khusus Untuk Warga Solo
Ketua Komite KIPI Nasional India, Dr N K Arora mengatakan bahwa kematian seorang laki-laki berusia 68 tahun disebabkan oleh reaksi alergi parah setelah mendapatkan vaksinasi pada 8 Maret lalu.
Baca juga: Teori Kebocoran Lab Menguat di AS, Joe Biden Perintahkan Intelijen AS Selidiki Penyebab Covid-19
"Ini adalah kematian pertama yang terkait dengan vaksinasi Covid-19 karena anafilaksis. Ini menekankan kembali perlunya menunggu selama 30 menit di pusat inokulasi setelah menerima suntikan," kata Dr Arora.
Komite yang merilis data untuk vaksinasi hanya sampai minggu pertama bulan April ini memeriksa lima kematian yang dilaporkan terjadi setelah kegiatan vaksinasi yang dilakukan pada 5 Februari lalu, delapan kasus pada 9 Maret dan 18 kasus pada 31 Maret.
Baca juga: Pemprov DKI Disarankan Tarik Rem Darurat Covid-19, Ini Kata Wagub Riza
Sementara tingkat pelaporan adalah 2,7 kematian dan 4,8 rawat inap per juta dosis vaksin yang diberikan, namun itu tidak secara otomatis mengindikasikan bahwa kematian atau rawat inap disebabkan karena vaksinasi.
"Hanya penyelidikan yang tepat dan penilaian kausalitas yang dapat membantu membangun hubungan sebab akibat," kata laporan tersebut.
"Lebih dari 26 crore dosis telah diberikan, tidak ada keraguan terhadap vaksinasi. Ada risiko yang sangat kecil, hampir dapat diabaikan dan ada sistem untuk mengurangi risiko ini," kata Dr Arora.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.