Adik Mahfud Gagal Jadi Dokter Spesialis Sukses Jadi Ahli Hukum (2-Habis)
Gagal jadi dokter spesialis, banting setir jadi ahli hukum dan kini menduduki jabatan Rektor Unitomo. Itulah perjuangan adik Menkopolhukam Mahfud MD.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - REKTOR Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, Dr Siti Marwiyah SH MH, mengungkapkan dirinya tidak pernah bercita-cita menjadi dosen.
Adik bungsu Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD ini awalnya ingin menjadi dokter.
Ini karena di Madura saat itu sangat jarang ada dokter spesialis. Sehingga ketika ada warga yang sakit harus menjalani perawatan di Surabaya.
Namun perjalanan hidup perempuan yang biasa disapa dengan sebutan Bu Iyat ini memang berbeda dari apa yang dicita-citakan.
Gagal masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), ia kemudian disarankan oleh kakaknya untuk kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Dari situlah karier Bu Iyat menjadi dosen di Fakultas Hukum Unitomo dimulai hingga akhirnya diberi amanah memimpin kampus di Semolowaru itu. Kini ia pun bertekad memajukan Unitomo menjadi kampus unggul.
Selengkapnya simak kelanjutan wawancara khusus Pemimpin Redaksi Tribun Jatim/Wakil Pemimpin Redaksi Harian Surya Tri Mulyono dengan Bu Iyat di Ruang Rektor Unitomo, Senin (7/6).
Apa sih enaknya jadi dosen?
Menurut saya pribadi, senang jadi dosen karena bisa menularkan ilmu.
Menurut informasi, dosen sebetulnya bukan cita-cita ibu ya?
Awalnya memang saya berkeinginan menjadi dokter karena di daerah Madura dulu jarang ada dokter spesialis sehingga banyak pasien yang tidak tertangani dan harus dilarikan ke Surabaya.
Namun begitu saya gagal masuk Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, kemudian saya disarankan Pak Mahfud MD untuk mengambil jurusan Fakultas Hukum di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Menurut ibu apa pelajaran terpenting yang diperoleh dari Pak Mahfud?
Beliau mengajarkan tentang etika dan bagaimana cara melakukan pengabdian terhadap orang tua.
Keistikamahan dalam beribadah di mana setiap malam mengaji tidak pernah lepas. Beliau juga orangnya sangat cerdas di mana pemikiran-pemikiran tentang hukum menjadi inspirasi bagi diri saya.
Sebagai pakar hukum, kira-kira penegakan hukum di Indonesia ke depan akan seperti apa?
Saya kira saat ini pemerintah punya perhatian untuk pelaksanaan penegakan hukum agar berjalan lebih baik.
Sudah ada upaya dari pemerintah walaupun masih belum terjangkau semuanya, tapi dari kejaksaan dan pengadilan sudah ada komitmen yang diperlihatkan termasuk pimpinan negara tertinggi yaitu presiden RI.
Agar semakin mewarnai dalam penegakan hukum di Indonesia, adakah program-program khusus terkait Fakultas Hukum Unitomo?
Ke depan Fakultas Hukum harus lebih banyak menghadirkan para praktisi hukum sebagai tenaga pengajar. Tentu praktisi hukum seperti pengacara, kejaksaan, pengadilan dari kepolisian yang memiliki kredibelitas yang bagus.
Mereka kami hadirkan ke kampus untuk mendidik para mahasiswa agar memahami bahwa saat mempraktikkan ilmu hukum nyatanya antara teori dan praktik itu sangat jauh berbeda.
Sebagai seorang perempuan yang memimpin Unitomo, apakah ada tokoh perempuan yang menjadi contoh ibu dalam memimpin?
Di Indonesia ada tokoh seperti Bu Megawati yang pernah memimpin Indonesia sebagai presiden, Gubernur Jawa Timur Bu Khofifah dan Wali Kota Surabaya Bu Risma. Mereka merupakan contoh-contoh yang bisa saya ambil sisi baiknya.
Walaupun sebagai seorang perempuan saya harus menunjukkan kinerja yang bagus dan tidak kalah dengan laki-laki. Ini semua juga tidak lepas dari adanya support keluarga.
Sebagai seorang praktisi, kasus apa yang paling berkesan ditangani oleh ibu dalam penegakan hukum?
Dulu ada klien saya harus kehilangan rumah. Saya yang saat itu masih awal-awal terjun ke dunia pengacara tak kuasa menahan rasa haru. Bagaimana agar rumah itu tidak disita oleh pengadilan.
Di mana saat itu kliennya berusaha menjaminkan rumah kemudian harus dilelang.
Tapi alhamdulillah, setelah terjadi sebuah proses perdata yang mana boleh ada proses damai, mediasi dan akhirnya itu menjadi lepas dari proses penyitaan. (mohammad zainal arif)
Baca juga: Perjuangan Adik Mahfud MD Jadi Rektor Unitomo, Berawal dari Petani (1)