Pengabdian Bidan Muda di Pedalaman Baduy, Jalan Kaki 2 Kilometer Hingga Sempat Ditolak Warga
Pengabdian seorang bidan yang bekerja di di Puskesmas Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, patut diacungi jempol.
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan TribunBanten.com, Marteen Ronaldo Pakpahan
TRIBUNNEWS.COM, LEBAK - Pengabdian seorang bidan yang bekerja di di Puskesmas Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, patut diacungi jempol.
Pita Puspitasari, bidan muda berusia 28 tahun sudah hampir dua tahun bertugas menjadi tenaga kesehatan berstatus honorer di Puskesmas Cisimeut.
Ia merupakan satu dari delapan bidan yang bertugas sebagai tenaga kesehatan untuk memeriksa kesehatan masyarakat adat Baduy luar.
Ia tanpa lelah memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat di pedalaman Baduy, baik membantu ibu hamil maupun menyusui.
Dia melayani pelayanan posyandu ke setiap rumah warga Baduy luar setiap hari.
Baca juga: Kepala Puskesmas Ungkap Rahasia Suku Baduy Nol Kasus Positif Covid-19
Dia berjalan kaki sejauh 2 kilometer dari Puskesmas untuk sampai ke permukiman warga baduy luar yang berada di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Pita sendiri merupakan warga asli Kampung Bulakan, Desa Cisimeut dan telah hampir 28 tahun hidup dengan kesederhanaan.
Ia merupakan anak ke tujuh dari delapan bersaudara, dimana saudara-saudaranya rata-rata merupakan tenaga kesehatan di tempat yang berbeda.
Bidan lulusan D3 Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya tersebut mengabdi sejak tahun 2018 hingga saat ini di Puskesmas Cisimeut dengan gaji Rp 1.000.000 per bulannya.
Baca juga: Viral Tokoh Suku Baduy Minta Tolong Karena Gunung dan Hutan Terlarang Dirusak Penambang Emas Ilegal
Kini, ia hidup dengan sang suami yang juga merupakan tenaga kesehatan di tempat yang sama dan telah dikaruniani seorang putri.
Ia menjelaskan alasannya untuk berjuang sebagai tenaga kesehatan di daerah pelosok yang menurutnya jarang diinginkan tenaga kesehatan lainnya.
"Karena pengabdian dan juga kita dibenturkan dengan minimnya bidan. Saya saja itu memegang satu posyandu yang berada di Desa Kanekes dan sisanya teman saya yang lainnya," katanya saat ditemui di Puskesmas Cisimeut, Selasa (3/8/2021).
Selain pengabdian, dirinya juga merasa tergerak untuk menekan angka kematian terhadap anak yang baru dilahirkan di Baduy yang setiap tahunnya masih sangat tinggi.
Pihaknya pun mulai memberikan pemahaman kepada warga terkait pentingnya pengobatan sejak dini untuk mendeteksi gejala persalinan yang paling buruk sekalipun.
Baca juga: Warga Cibaduyut Bandung Dihebohkan Dengan Kemunculan Ular Sanca Sepanjang 2 Meter di Atap Rumah
"Apalagi kan disini angka kematiannya sangat tinggi. Sehingga saya tergerak untuk membantu dan terjun langsung ke dalam proses kesehatan masyarakat," katanya.
Ia menjelaskan selama perjalanannya dalam memberikan pelayanan kesehatan sering mendapatkan banyak rintangan yang menghadang baik dari sisi internal dan eksternal.
Apalagi kerap kali, dirinya mendapatkan perlakuan yang menyakitkan berupa penolakan pada saat awal-awal masuk untuk memeriksa warga Baduy Luar.
"Banyak yang menolak, karena mereka kan jarang ketemu orang asing. Saya sering menerima tindakan yang keras dari warga saat saya hampiri mereka menutup pintu rumah dan menolak untuk dilakukan pemeriksaan di Posyandu," katanya
Bahkan saking frustrasinya ia sempat mengatakan dirinya bukanlah orang jahat seperti yang dipikirkan mereka.
Perlahan-lahan dengan seiringnya waktu berjalan dan dirinya pun tetap melakukan langkah-langkah humanis, ia mampu untuk meyakinkan masyarakat Baduy luar dan bahkan saat ini menjadi satu-satunya bidan yang dipercaya masyarakat baduy untuk berobat.
"Saya melakukan pendekatan ke kokolot serta tokoh masyarakat di sana untuk bisa diterima. Saya sampai setahun ditolak hingga akhirnya diterima," jelasnya.
Pihak keluarganya pun sangat mendukung langkahnya sebagai salah satu abdi negara di bidang kesehatan untuk menuntaskan persoalan yang sudah sejak lama di masyarakat Baduy.
Terkahir, ia meminta kepada pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi dan Pusat agar dapat memperhatikan nasib para tenaga kesehatan yang berada di pelosok.
Hal tersebut lantaran, dirinya dan teman-teman yang lainnya masih berstatus honorer hingga berpuluh-puluh tahun lamanya.
"Harapannya semoga pemerintah dapat memperhatikan nasib para bidan dan tenaga kesehatan yang lainnya terutama yang mengabdi di pelosok. Ya saya juga berharap agar pemerintah dapat mengangkat kita juga sebagai PNS juga," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Perjuangan Bidan di Pedalaman Baduy: Susuri Jalan 2 Km demi Bantu Persalinan, Sempat Ditolak Warga