Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Perjuangan Rakyat Cijentul Serang Banten Lawan Penjajah dengan Peluru Emas, Kini Jadi Tugu

Tugu pertempuran Cijentul dibangun sebagai simbol untuk mengenang perjuangan masyarakat Serang, dan pasukan Macan Loreng TNI AD lawan penjajah.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kisah Perjuangan Rakyat Cijentul Serang Banten Lawan Penjajah dengan Peluru Emas, Kini Jadi Tugu
TribunBanten.com/Mildaniati
Kisah Perjuangan Rakyat Cijentul Serang Banten Lawan Penjajah dengan Peluru Emas, Kini Jadi Tugu 

Laporan wartawan TribunBanten.com, Mildaniati

TRIBUNNEWS.COM, SERANG - Hari Kemerdekaan 17 Agustus kerapkali membuka kisah lama perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah.

Nah, salah satu bukti perjuangan rakyat Cijentul Kota Serang Banten berdiri kokoh dalam bentuk tugu.

Baca juga: Suku Baduy Banten: Budaya, Bahasa, Pakaian Adat, hingga Tarian Daerah

Tugu pertempuran  masih berdiri kokoh di Cijentul, Desa Cilowong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, tepatnya di tikungan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cilowong, Senin (16/8/2021).

Tugu Pertempuran Cijentul berbentuk seperti peluru warna keemasan serta dilengkapi tumpuan berbentuk persegi empat.

Untuk menuju tugu itu diharuskan melalui sembilan anak tangga.

Baca juga: Densus Tangkap 4 Terduga Teroris di Jabar dan Banten, Diduga Kelompok JI

Di tugu itu tertulis "Di sinilah rakyat bersama-sama dengan pasukan macan loreng dari TNI-A, pertempuran penghadangan gerakan pasukan tentara kerajaan Belanda pada 28 Desember 1948."

Berita Rekomendasi

Tugu pertempuran Cijentul dibangun sebagai simbol untuk mengenang perjuangan masyarakat Serang, dan pasukan Macan Loreng TNI Angkatan Darat ketika melawan penjajah pada 28 Desember 1948.

Tugu Pertempuran Cijentul di Cijentul, Desa Cilowong, Taktakan Serang, tepatnya di tikungan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cilowong, Senin (16/8/2021).
Tugu Pertempuran Cijentul di Cijentul, Desa Cilowong, Taktakan Serang, tepatnya di tikungan menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cilowong, Senin (16/8/2021). (TribunBanten.com/Mildaniati)

Pertempuran itu dikenal dengan pertempuran Cijentul, lokasi pertempurannya di tengah hutan di dekat tugu berdiri.

Tugu tersebut dibangun atas gagasan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) pada 20 Mei tahun 1976.

Dibuat untuk memperingati pertempuran Cijentul pada 1945-1952.

Sampai saat ini masih terdapat daerah bernama Desa Simin, Jangan dan Cibetung bagian dari desa tertua yang masih ada di sekitar tugu itu.

Tugu dibuat utuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam pertempuran.

Perlu diketahui pada 1948 Belanda mulai memasuki Serang dengan Agresi Militer II, saat itu mulai menginvasi ke daerah Serang dan Pandeglang.

Menurut pelaku sejarah bernama Dul Jamil (94), bentuk peluru dalam tugu yaitu peluru asli.

Peluru itu diperoleh dari rampasan senjata Jepang.

Pelaku sejarah Pertempuran Cijentul, Dul Jamil (94), saat ditemui TribunBanten di Sayar, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Senin (16/8/2021). (TribunBanten.com/Mildaniati)
Pelaku sejarah Pertempuran Cijentul, Dul Jamil (94), saat ditemui TribunBanten di Sayar, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Senin (16/8/2021). (TribunBanten.com/Mildaniati) ()

Dul menceritakan, saat melemparkan peluru itu ke pasukan rombongan Belanda pelurunya tidak berfungsi saat dilemparkan.

Alhasil peluru tersebut diabadikan dalam bentuk tugu.

"Dulu pas saya lempar itu peluru enggak fungsi, macet. Alhasil dijadikan sebagai tanda bukti saja," terangnya pada TribunBanten.com saat ditemui di rumahnya di Sayar.

Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Melongok Tugu Pertempuran Cijentul dan Kisah di Balik Penggunaan Peluru Emas,.

Sumber: Tribun Banten
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas