Harganya Anjlok, Petani di Majalengka Biarkan Cabai Busuk di Pohon
Ironisnya, kendati terdampak langsung dengan pandemi dan PPKM, petani seperti Tatang belum tersentuh bantuan dari pemerintah
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNNEWS.COM, MAJALENGKA - Petani di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat mengeluhkan anjloknya harga cabai di pasaran yang kini mencapai Rp 6.000 per kilogram.
Kondisi itu berpotensi menyebabkan kerugian.
Lantaran harga jual tidak sepadan dengan biaya produksi (tanam hingga panen) yang sudah dikeluarkan para petani.
"Normalnya harga cabai itu ya di kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram.
Kalau sudah di bawah Rp 10 ribu, petani merugi tidak menutup biaya produksi," ujar Tatang Tarsono (54), petani cabai di Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, saat ditemui di kebun, Jumat (27/8/2021).
"Jadi harga cabai merah keriting di pasar hanya dihargai Rp 6.000, cabai rawit hijau Rp 3.000 hingga Rp 4.000 ribu, cabai rawit merah Rp 10 ribu.
Rawit merah harusnya Rp 18.000 agar menutup biaya produksi," ucapnya.
Baca juga: Ganjar Minta ASN di Jateng Borong Cabai dari Petani
Menurut Tatang, kondisi ini sudah terjadi sejak pandemi Covid-19.
Meski tahun ini tidak separah awal pandemi, harga cabai saat ini masih dikatakan anjlok.
Alasannya, banyak rumah makan, restoran, dan hotel yang tutup, sehingga permintaan akan komoditas cabai juga turun.
Belum lagi daya beli masyarakat yang saat ini ikut tertekan akibat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sehingga volume belanja kebutuhan rumah tangga dan dapur ikut berkurang.
"Warung banyak yang tidak beroperasi, sehingga tidak pakai cabai," ucapnya.
Ironisnya, kendati terdampak langsung dengan pandemi dan PPKM, petani seperti Tatang belum tersentuh bantuan dari pemerintah.