Investasi Bodong Berkedok Arisan di Makassar Berawal dari Grup WhatsApp
Modus operandi kasus dugaan penipuan dan penggelapan itu, dengan menggunakan empat grup WhatsApp.
Editor: Hasanudin Aco
Mereka mengaku ditipu oleh perempuan bernama Lisda, yang merupakan penyedia jasa investasi berkedok arisan itu.
"Jadi mereka (para korban) melaporkan dugaan penipuan yang diduga dilakukan oleh sodari Lisda, terkait dengan investasi," kata Kanit Reskrim Polsek Rappicini Iptu Akhmad Risal kepada wartawan.
"Jadi korban itu memasukkan sejumlah uang kepada terlapor (Lisda) kemudian dijanjikan diberikan keuntungan antara Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta per lima hari," sambungnya.
Pihaknya mengaku telah verusaha melakukan proses mediasi terhadap terlapor Lisda dan para korban.
Namun, upaya itu tidak menemui kesepakatan lantaran terlapor Lisda, dianggap tidak dapat melunasi dana yang diinvestasi para korban.
Terlebih, Lisda tidak mampu menunjukkan jaminan, jika ia tidak mampu mengembalikan dana para member atau investor.
"Cuman karena banyak korban, lebih dari 100 orang, apalagi jumlah kerugiannya cukup fantastis, mungkin perkara ini akan kami limpahkan penanganannya ke Polrestabes (Makassar)," jelas Akhmad Risal.
Saat ini, pihaknya mengaku telah mengamankan Lisda dan seorang pria yang diduga kekasih atas jasa investasi bodong itu.
Selain itu, pihaknya juga mengamankan seorang admin yang dipekerjakan Lisda di salah satu rumah kos Jl Pelita Raya Makassar, tempat investasi melalui akun media sosial itu dioperasikan.
Sementara itu, Nanda salah satu member yang mengaku menjadi korban investasi palsu itu, mengatakan mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
"(Kerugian) saya sama adik saya, sekitar Rp 30 juta. Ada juga yang di luar kota itu sampai Rp 129 juta," kata Nanda yang sudah enam bulan terakhir bergabung dalam investasi buatan Lisda.
Dalam kurung waktu enam bulan itu, lanjut Nanda, proses pencairan atau penarikan untung dari investasi yang ia ikuti berjalan lancar hanya di awal deposito.
Seiring berjalannya waktu, ia mengatakan, proses pembayaran atau keuntungan yang dijanjikan mulai perlahan mandek, hingga akhirnya terhenti.
"Baru tadi pagi saya tahu kalau ini penipuan. Lancar awal, tapi setelah itu mulai mandek, mandek, akhirnya kolaps," ungkap Nanda